Assalamualaikum...



Pada bulan puasa tahun ini saya jarang melakukan olahraga, terutama olahraga lari. Dalam satu bulan, saya melakukan olahraga lari tidak sampai sepuluh kali di bulan puasa tahun ini. Sepulang kuliah saya selalu merasa lemas dan akhirnya lebih memilih rebahan di ranjang saja daripada ke Marakash.

Tetapi, ini masih lebih baik dibanding bulan puasa tahun kemarin 2018. Bulan puasa tahun kemarin saya hanya berlari dua kali dalam satu bulan, memang betul bahwa ada kemajuan, hanya saja dibanding tahun 2017 itu masih kalah jauh. Ya, karena pada bulan puasa tahun 2017, hampir setiap sore saya berlari di Marakash.

Sepanjang tahun 2017 pula saya masih sering ikut event lari dan berhasil mengoleksi lima buah medali. Sayangnya pada tahun 2018 dan 2019 ini saya sudah tidak ikut event seperti itu lagi. Entahlah, saya merasakan sebuah penurunan di dalam diri saya ketika melakukan olahraga lari.

Nafas saya tidak sekuat dulu, kaki saya juga mudah lelah, dan tidak sekuat dan setangguh di tahun 2017 lalu. Saya rasa itu karena latihan yang sudah mulai berantakan, tidak ada lagi target, dan berlari ya sebisanya saja. Berbeda dengan tahun 2017 lalu, yang mana saya selalu berlari lima kilometer setiap harinya. Tidak ada alasan untuk tidak berlari di setiap harinya, kecuali kalau tubuh sakit dan kurang fit saya sudah pasti beristirahat terlebih dahulu.

Berhasil 5 Kilometer Lagi


Karena pada bulan puasa tahun ini saya jarang berlari, itu membuat tubuh saya tidak banyak bergerak dalam waktu yang lama, dan alhasil ya performa lari saya sangat-sangat turun. Setelah lebaran saya mencoba berlari lagi dan setelahnya saya sangat ngos-ngosan, efek terlalu lama istirahat.

Namun, kemarin sore saya mencoba untuk berlari lima kilometer lagi di Marakash dan akhirnya saya berhasil. Satu putaran di Marakash itu 500 meter dan saya berlari sebanyak sepuluh putaran tanpa henti, ya saya berhasil berlari lima kilometer lagi.


Bangga? Memang saya tidak sedang mengikuti event lari atau semacamnya, tetapi saya bangga dengan diri saya sendiri yang berhasil berlari lima kilometer lagi. Tidak mudah untuk berlari lima kilometer tanpa henti, butuh fisik yang kuat, tetapi mental untuk tidak mudah menyerahlah yang memegang kendali penuh sehingga saya berhasil melakukan hal tersebut.

Saya ingat dengan kata-kata kang Hendra Wijaya si pelari ultra dari Bogor. Beliau berkata bahwa berlari itu 20% kekuatan fisik dan 80% nya kekuatan mental atau pikiran kita. Saya setuju, karena walau fisik masih kuat tetapi jika kita mudah menyerah tentu tidak akan sampai garis finish atau target dalam berlari itu sendiri.

Tempo yang Tidak Cepat


Karena saya baru mulai berlari lagi dan bertekad untuk berlari dengan jarak lima kilometer, tentu saya mengatur tempo lari saya dengan stabil. Tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat juga. Jika ingin berlari jarak jauh sangat penting buat sobat mengetahui tempo lari sobat yang stabil, karena jika terlalu di paksakan cepat di awal takutnya malah berhenti di tengah jalan.

Berlari jarak jauh itu soal daya tahan, bagaimana caranya kita dapat tetap berlari meski jaraknya itu cukup jauh. Jangan terlalu terburu-buru, jika sobat bisa seperti Eliud Kipchoge yang dapat menempuh 42,195 kilometer hanya dalam waktu 2 jam sih tidak masalah. Saya pun takjub dengannya, entah kenapa ia sangat kuat dalam berlari, rasanya seperti sedang mengendarai motor berkecepatan 20 kilometer per jam.


Akankah 5 Kilometer Setiap Hari?


Sepertinya tidak, dulu saya berlari 5 kilometer setiap hari karena ada perlombaan yang akan saya ikuti. Sekarang saya sudah tidak mengikuti perlombaan atau event tertentu, ingin sih, tetapi entah kenapa rasanya malas sekali. Saya malas untuk mendaftar, kemudian mengambil racepacknya yang meliputi kaos lari dan nomor BIB. Mungkin suatu hari saya akan ikut lagi, hemmm sepertinya tahun depan. Entahlah.

Jadi, akankah 5 kilometer setiap hari lagi, sepertinya tidak. Kemarin sore saya sekadar ingin tahu saja, apakah saya masih kuat untuk berlari 5 kilometer atau tidak. Kedepannya mungkin saya akan berlari semau saya saja, tujuannya ya supaya Tubuh lebih sehat dan bugar saja. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk saya akan berlari 5 kilometer lagi nantinya, tapi tentu saja tidak setiap hari.

Karena bagi saya lari di Marakash itu paling minimal adalah 5 putaran atau sama dengan 2,5 kilometer.

Untuk jarak 5 kilometer, selama ini saya berhasil melakukannya dengan catatan waktu 30 menit. Jangan dibandingkan dengan Agus Prayogo atau atlit lari lainnya yang dapat menempuh jarak 5 kilometer hanya dalam waktu 13-15 menit saja. Entah seperti apa cara latihan mereka, saya pun tidak ingin menirunya seandainya saya tahu.

Rekor terbaik saya dalam berlari dengan jarak 5 kilometer ada pada saat ikut event Betadine Retro Run. Ketika berlatih, waktu yang saya butuhkan untuk berlari menempuh jarak 5 kilometer adalah 30 menit, tetapi di event tersebut saya berhasil lebih cepat. 25 menit adalah waktu yang saya capai saat berlari 5 kilometer di event Betadine Retro Run tahun 2017.


Saat itu saya kaget dan tidak menyangka bahwa saya bisa secepat itu. Dengan adanya rekor tersebut membuat saya lebih giat dalam melakukan olahraga lagi, tentu pada waktu itu.

Tujuan Berlari


Ketika datang ke sebuah tempat yang mana tempat tersebut sering di gunakan sebagai arena olahraga lari, semua terlihat sama. Semua orang sama-sama berolahraga, entah berlari, jalan cepat, atau bermain voli dan bola tangan lainnya. Tetapi nyatanya mereka memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam melakukan kegiatan olahraganya.

Ada yang bertujuan untuk menurunkan berat badan, ada yang ingin sehat saja, ada yang berolahraga lari karena ingin ikut tes menjadi abdi negara, dan masih banyak tujuan lainnya. Yang jelas tujuan tersebut berbeda-beda.

Kalau saya sendiri sih untuk saat ini tujuan saya melakukan olahraga lari adalah supaya saya sehat. Saya ingin ketika tua nantinya saya tetap memiliki tubuh yang bugar, layaknya kakek yang sering berlari bersama saya di Prima Harapan Regency, dan juga seorang bapak-bapak purnawirawan AL yang sering berlari di Marakash tanpa alas kaki.

Buat sobat pembaca yang mungkin memiliki banyak waktu luang, pergunakanlah waktu luang itu untuk berolahraga. 15 menit saja tidak masalah, mungkin ini tidak akan langsung terasa. Tetapi jangan sampai kita menyesal nantinya di masa tua.

Semangat berlari!!!.

Wassalamualaikum...

2 Comments

  1. Sepanjang tahun 2017 pula saya masih sering ikut event lari dan berhasil mengoleksi lima buah medali....Membaca kalimat ini saya kagum sama mas Ilham, luar biasa prestasinya. ...btw kalau saya nggak muluk2 lari mas, mau mulai jalan kaki lagi kok hawanya masih malas sih hehehe

    ReplyDelete
  2. Bacanya sambil ngos-ngosan hahahaha.
    Saya nggak kuat lari, biasanya jalan cepat, sesekali lari.
    Baca ini jadi kangen banget ih sama masa belum punya 2 anak, dulu saya rajin jogging keliling komplek, lumayan, satu kali putaran 1 KM, kadang saya bisa keliling 4 kali, abis itu tepar dan kelaparan trus makan makin banyak hahaha.

    Tapi, gara-gara rutin jogging, badan jadi fit dan jarang sakit :)

    ReplyDelete

Silahkan Berkomentar :)