Sempat Tidak Suka dengan Olahraga Lari

Assalamualaikum...

Di tulisan saya yang sebelumnya saya sudah berkali-kali bilang bahwa saya sangat suka dengan olahraga lari. Saya pun sempat beberapa kali ikut event lari nasional. Bagi saya olahraga lari itu harus saya lakukan minimal 3 kali dalam seminggu, kalau tidak ya seperti ada yang kurang gitu, bagaikan sayur tanpa garam.

Tetapi percayakah sobat bahwa saya sempat tidak suka dengan olahraga lari?. Ya, saya sempat merasa bahwa olahraga lari itu merupakan olahraga yang sia-sia dan hanya membuat lelah saja dan saya pun sangat tidak menyukainya. Berbeda jauh dengan saya sekarang yang sangat suka terhadap olahraga lari.

Itu sudah cukup lama sob, tepatnya saat saya kelas 2 SMP. Maka dari itu mari kita mundur jauh ke belakang untuk mencari tahu alasan saya tidak suka dengan lari.

Saat SMP

Oke, jadi di keluarga saya tuh saya termasuk beda sendiri sob. Beda dalam hal apa? Jadi kedua orang tua sampai adik saya itu memiliki tubuh yang bisa dibilang sih gemuk, waktu itu belum ada Nabil ya jadi Nabil tidak masuk di hitungan.

Ayah, ibu, dan Faris itu memiliki tubuh yang gemuk, hanya saya saja yang ramping (baca : kurus). Saya sih tidak minder, toh kurusnya saya ini memang bukan karena tidak di kasih makan wkwkwk, hanya saja entah saya bingung itu makanan yang saya makan jadi daging atau tidak.

Baca juga : 5 Kilometer.

Saya makan tiga kali sehari, bahkan kalau masih lapar saya bisa nampah satu piring nasi beserta lauk pauk lagi. Meski nafsu makan cukup tinggi, tetapi ya badan saya memang ramping dan tidak bertambah gemuk sedikitpun. Kecuali area perut ya, kalau habis makan ya bertambah maju sih hehehe.

Saat itu tubuh saya ramping, postur agak membungkuk dan tidak tegak sama sekali kalau berjalan. Awalnya sih saya bodo amat dan tidak minder sama sekali, tetapi entah kenapa ada saja orang yang membanding-bandingkan saya dengan Faris yang bertubuh gemuk.

"Hehhe abang sama adenya gedean adenya masa.", "wahh si Ilham sekarang kalah sama Faris gedenya.", "ini mah adenya Faris, bukan abangnya." Ya kira-kira seperti itulah.

Meski sering di bilang gitu saya tidak sampai menangis sesunggukan di pojok kamar sob, malah itu yang membakar semangat saya untuk menambah berat badan. Oh ya saat berlatih paskibra juga dulu pembina sempat agak jengkel karena saya susah banget tegaknya hehehe, dia menyarankan saya untuk sering-sering push up supaya dada jadi bidang.

Memutuskan untuk Membentuk Tubuh

Semua omongan orang lain itu saya jadikan motivasi dan semangat untuk saya bergerak dan membentuk tubuh. Ya, saat SMP kelas 2 saya mulai fitnes sob, bayangin anak kelas SMP yang masih agak bau kencur laga-lagaan ke tempat fitnes buat ngebentuk tubuh wkwkwkw. Tapi ternyata orang-orang di tempat fitnes menerima saya dengan baik kok, iyalah kan saya bayar wkwkwkw.

Baca juga : Lari Pagi di Taman Samping Stadion Candrabaga Kota Bekasi.

Waktu itu saya fitnes di tempat fitnes deket rumah, tepatnya di nain samping masjid, barangkali ada pembaca blog ini yang rumahnya dekat pasti tahu lah hehehe. Saat itu saya bertanya kepada yang punya tempat fitnes, berapa tarifnya dan dia bilang tarifnya itu 5 ribu sepuasnya. Kebetulan saat itu saya bawa uang lebih dan saya pun olahraga di tempat fitnes tersebut saat itu juga.

Niatnya sih tadi hanya nanya-nanya dulu eh kebetulan hanya 5 ribu ya jadinya langsung saja.

Saya pun berlatih angkat beban dan segala macamnya dengan senang hati. Betul saja sob, hanya butuh waktu beberapa bulan saja tubuh saya pun terbentuk lebih berisi dari sebelumnya. Semua orang yang kenal saya pun heran dan sempat menjadi perbincangan di kalangan guru sekolah saya dulu. Bahasa kerennya jadi primadona gitu lah hehehehe.

Seragam sekolah yang tadinya longgar jadi terlihat sempit dan terasa kekecilan. Banyak teman yang bertanya kenapa saya bisa jadi lebih gemuk dan berisi, eh ya gemuk di sini bukan gemuk berlemak gitu ya hehehe. Ya saya jawab jujur karena memang saya fitnes dan memperbanyak makan telur rebus.

Sedang giat-giatnya fitnes tiba-tiba suatu hari tempat fitnes itu tutup sob. Saya tidak tahu apa penyebabnya dan apa alasan dari si pemilik toko menutup tempat fitnes tersebut. Hampir setiap hari saya bolak balik berharap Tempat fitnes itu di buka lagi, tapi ternyata tidak.

Karena sudah memiliki kebiasaan berolahraga saya pun melanjutkan apa yang sudah saya lakukan selama ini di rumah. Memang sih saya tidak punya alat-alat seperti di tempat fitnes, tapi saya tetap berolahraga walau hanya push up, sit up, dan squat saja di rumah. Sesekali saya pun melakukan pull up di kusen pintu, untung saja kusen pintu rumah saya kuat hehehe.

Tujuan saya adalah membentuk tubuh supaya berisi dan lebih atletis lagi, jadi pada saat itu saya menghindari olahraga kardio, terutama lari. Memang salah juga sih tapi pada saat itu saya belum tahu bahwa lari itu manfaatnya banyak dan juga saat itu yang ada di pikiran saya berlari akan membuat tubuh saya jadi lembek.

Baca juga : Tembus 16 Kilometer Berlari (Pengalaman Saya).

Padahal jika saya lakukan lari dilanjut dengan penguatan seperti push up, sit up, squat, dan pull up ya tubuh saya tidak akan lembek seperti yang saya takutkan dulu. Tapi ya itu pemikiran saya di waktu itu. Sampai akhirnya ketika masuk SMK saya memutuskan untuk melakukan olahraga lari.

Hingga saat ini saya pun masih suka berlari dan setelah berlari biasanya saya melakukan penguatan tubuh supaya tidak lembek.

Jadi saya sempat tidak suka olahraga lari karena pada saat itu saya berpikiran bahwa lari akan memperlambat proses pembentukan tubuh saya dan akan membuat saya jadi lembek. Memang betul sih tapi jika di barengi dengan penguatan ya tentu saja hal itu tidak akan terjadi, tentu saja tubuh tetap bisa kuat dan tidak lembek.

Sekarang saya sadar bahwa olahraga lari itu manfaatnya banyak sekali. Bahkan cabang olahraga lain pun selalu menambahkan lari dalam menu latihan setiap atlitnya. Atlit renang pasti lari, atlit sepeda juga pasti lari, atlit basket dan sepak bola sudah pasti kudu wajib lari bukan?. Ya intinya itu lari merupakan dasar dari semua olahraga, lari tentu akan menambah stamina dari sang atlit agar mampu menyelesaikan perlombaan olahraga dengan baik.

Karena berlari juga saya jadi memiliki banyak teman dan banyak diantara mereka yang kini telah sukses menjadi abdi negara. Teman saya yang sekarang TNI, bagi dia lari itu sudah seperti makan. Tiada hari tanpa lari, para TNI penjaga negara ini sehari itu bisa berlari sampai 3 kali sob, pagi, siang, dan malam. Sungguh hebat ya TNI.

Saya sempat tidak suka berlari dan menurut saya hal tersebut sangat konyol. Tetapi kali ini saya sangat cinta terhadap lari dan 17 Agustus nanti saya berencana untuk ikut lomba lari lagi, hanya tingkat RW sih tapi ya semoga saja itu menjadi awal untuk berikutnya saya ikut event lari nasional lagi.

Semangat berlari Indonesia!.

Wassalamualaikum...