Assalamualaikum...


Semua itu berawal dari banyaknya unek-unek yang bersarang di hati, mau diceritakan ke orang lain tapi agaknya hal ini terlalu pribadi. Jadi, saya pun memutuskan untuk mulai menulis diary. Ya diary, sebuah buku yang isinya segala macam tulisan tentang apa-apa yang saya rasakan dan alami setiap hari.


Pada awalnya saya merasa agak malas untuk melakukan itu, terlebih lagi biasanya kan kegiatan menulis diary itu sudah di cap sebagai sesuatu yang dilakukan seorang perempuan. Sebagai lelaki yang gagah perkasa (kata ibu saya) saya agak merasa ragu untuk memulai kebiasaan menulis diary. Sampai akhirnya saya membaca sebuah tulisan dari salah satu blogger yang saya temui ketika sedang berselancar di internet. Dalam tulisannya ia membagikan pengalamannya dalam menulis diary, sedikit banyak itu mempengaruhi saya yang hingga akhirnya memutuskan untuk menulis diary.


Buku untuk Menulis Diary


Yang saya lihat, kebanyakan orang akan memilih buku khusus untuk menulis kegiatan sehari-hari atau curahan hatinya, tapi kalau saya sih memakai buku yang tersedia saja. Kebetulan waktu itu ada buku adik saya yang sedang nganggur alias tidak terpakai, di dalamnya sih terdapat beberapa coretan, saya robek atau buang kertas yang ada coretannya dan saya tetapkan buku itu menjadi milik saya hehehe.





Memang terlihat agak kurang menarik sih, tapi ya buat apa untuk terlihat menarik? Toh buku tersebut akan hanya dilihat oleh saya dan tidak untuk saya pamerkan kepada orang lain. Lagipula dengan menulis diary di buku seperti itu mungkin saja dapat mengurangi rasa curiga keluarga jika ada yang melihat buku tersebut. Kalau bukunya beda dan sampulnya saya kasih judul "My Diary" kan sudah pasti bikin orang yang lihat jadi penasaran.


Alasan saya untuk tidak memakai buku catatan khusus itu juga karena saya tidak mau ribet saja. Berhubung saya belum memiliki buku seperti itu kan tentu saja saya harus mencari dan membelinya terlebih dulu, karena tidak mau ribet ya saya pakai buku yang ada saja. Ya begitulah saya hehehe.


Tempat Menyimpan Buku Diary


Jangan bilang ke siapa-siapa ya (justru saya sendiri yang bilang-bilang, tidak apa, orang rumah tidak ada yang baca blog ini hehehe) saya kalau menyimpan buku diary tuh saya selipkan diantara baju-baju saya di lemari. Pada awalnya saya kepikiran untuk menaruhnya di tas yang biasa saya gunakan bekerja, karena takut bukunya jadi tertekuk yang akan membuat buku jadi tidak rapih, saya pun mengurungkannya.


Lalu, amankah dengan saya menyimpan buku diary diantara baju? Sepertinya tidak juga. 


Kenapa tidak juga? Karena beberapa waktu yang lalu entah ibu atau bapak saya itu sempat merapikan lemari baju saya (mungkin gerah karena susunan bajunya tidak rapih, hehehe) dan otomatis beliau menemukan buku diary saya. Saya bisa tahu karena tiba-tiba saja saat saya buka lemari tuh susunan baju sudah rapih dan buku diary saya diselipkan di tempat yang berbeda dari sebelumnya. Entah sudah dibaca atau belum, tapi yang pasti sudah ketahuan.


Sejauh ini sih baik ibu maupun bapak belum ada omongan apa-apa, antara beliau memang tidak membacanya atau hanya tidak ingin membahas hal tersebut karena menghargai privasi saya. Entahlah, tapi bukannya belajar dari pengalaman, saya malah masih menyimpan buku tersebut diselipan baju-baju di lemari, soalnya bingung mau ditaruh dimana lagi.


Apa yang saya rasakan jika memang orang tua membaca diary itu? Hemmm agak khawatir sih tapi ya biasa-biasa saja. Lagipula yang saya tuliskan disitu hanya curahan hati saya saja, orang tua pun jika membaca mungkin akan geleng-geleng kepala saja, hehehe. Selain itu, buku diary memang saya persiapkan untuk kenangan ketika saya sudah tidak ada nantinya.


Salah atau tidak ya jika saya seperti itu? Maksud saya tuh jika saya sudah pergi nantinya dan barangkali ada yang rindu sama saya dia bisa membaca buku tersebut dan mengenang saya kembali. Jadi kaya seolah-olah saya tetap abadi dalam kata-kata, duhhh apa sih, hehehe (ngakak online terus).


Di buku diary tersebut pun saya sering menulis tentang orang yang saya cinta, harapan saya jika saya sudah pergi nantinya dia membaca buku tersebut dan pada akhirnya tahu bahwa betapa besar saya mencintai dia. Ya kira-kira begitulah. Daritadi saya ngomongin pergi-pergi mulu ya, hehehe, tidak kok saya tidak ingin kemana-mana dan jujur saja belum siap (loh kok jadi ngelantur).


Manfaat Menulis Diary yang Saya Rasakan


Kalau bicara manfaat sih jujur saja saya sudah merasakan manfaat dari menulis diary.


Jadi, alasan lain saya ingin menulis diary adalah juga karena saya agak ragu untuk curhat kepada orang lain. Yang sudah-sudah jika saya bercerita atau curhat kepada orang lain itu mereka malah suka membanding-bandingkan dengan kehidupannya sendiri.


"Tenang aja am, yang lu hadapin belum seberapa kok, gua pernah ngalamin masalah yang lebih dari itu." Ya kira-kira seperti ini contohnya.


Terkadang saya curhat itu hanya ingin didengarkan saja, saya belum meminta pendapat apa-apa tapi orang yang saya percaya untuk mendengarkan cerita saya malah sudah nyerocos duluan ngasih pendapat dan saran. Hal yang seperti itu menjadikan saya lama kelamaan jadi jengkel dan akhirnya sudah malas untuk bercerita kepada orang lain. Saya pun memutuskan untuk bercerita lewat buku diary saya saja.


Dengan begitu, manfaat yang bisa saya dapatkan adalah saya bisa bercerita sebebas mungkin tanpa harus memikirkan saya akan didengar atau tidak, orang lain setuju atau tidak, karena buku diary saya adalah dunia saya. Tentu saja dengan saya menuangkan segala keluh kesah dan perasaan saya di buku tersebut saya jadi merasa lebih tenang dan lebih lega ketimbang memendam segala sesuatunya.


Kalau saya boleh mengajak, coba deh sobat menulis diary juga, menyenangkan loh dan pastinya juga akan menarik untuk dibaca kembali di masa yang akan datang. Oh ya itu juga menjadi salah satu alasan saya menulis diary, saya ingin mengabadikan momen di setiap harinya lewat kata-kata dan untuk saya kenang kembali suatu hari nanti.


Wassalamualaikum...

4 Comments

  1. Aku juga punya diary, Mas. Diary online alias blog. Muehehe 🤣. Sama sekali gak ada privasinya ya. Bahkan semua orang bisa baca. 🙈

    Ngomong-ngomong, menurutku diary gak masalah sih kalau ditulis di buku tulis biasa. Yang penting kan bisa dipakai untuk mengabadikan momen. 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo di blog kadang masih ada yg saya tahan tahan buat ngga di tulis, kalo diary kan bisa jujur abiss hehe.

      Yap bener banget mba dan lucu aja kayanya kalo dibaca di hari tua nanti.

      Delete
    2. Hahahah, ngakak Roem, kalau blog mah diary sejuta umat wkwkwk

      Delete
  2. Dari kecil aku termasuk yg gemar nulis di diary mas, aku punya byk bgt diary malah, emang dasar suka nulis wkwkk

    Pas kuliah aku moved ke diary aplikasi di laptop biar lebih safe karna kn ada passwordnya, karena saat itu memang aku lebih banyak di depan laptop buat nerjain tugas.

    Pas lulus kuliah, aku kembali nulis di buku, udah cape seharian kerja di depan komputer, udah males nulis di aplikasi, capek mata hihihi, terakhir aku nulis diary sekitar thn 2017, kesini2 udah ga sempat HAHAHA

    ReplyDelete

Silahkan Berkomentar :)