Assalamualaikum...





Saya setuju dengan pendapat orang yang mengatakan bahwa masa-masa SMA adalah masa yang paling berkesan dan sulit untuk dilupakan. Nyatanya, saya pun merasakan hal itu. Akan tetapi, saya bukanlah lulusan SMA, melainkan SMK.


Seperti yang sudah saya tuliskan dalam postingan sebelumnya, di SMK ada sebuah agenda yang bernama PKL atau Praktek Kerja Lapangan yang harus diikuti tiap siswa dan siswi kelas 11. Saya pun tentu saja mengikuti agenda tersebut dan ketika PKL itulah banyak hal menarik yang terjadi dan sulit untuk dilupakan.


Saya melaksanakan PKL di sebuah instansi pemerintah bersama dengan keempat teman saya, Adnan, Bambang, Kathon, dan Putra. Tempat saya PKL itu terletak di lantai 8 sebuah gedung berwarna biru yang berseberangan dengan Stadion Patriot Candrabaga Bekasi, sebuah stadion yang sudah cukup sering dijadikan tempat pertandingan sepakbola nasional


Selama PKL pekerjaan kami selalu berkaitan dengan membuat surat-menyurat. Terkadang jika ada komputer yang bermasalah atau perlu instalasi software pun kami ikut membantu karena kami memang dari jurusan RPL atau Rekayasa Perangkat Lunak.


Kami mulai bekerja pada jam 8 pagi dan pulang sekitar jam setengah 4 sore. Sejujurnya kami tidak terlalu sibuk, lebih banyak menganggurnya dan biasanya waktu-waktu itu selalu kami gunakan untuk berbaur dengan sekitar atau ya mengobrol berlima saja.


Yang menjadikan agenda PKL ini menarik bukan hanya tentang kami jadi bisa belajar akan tanggung jawab dalam hal bekerja, melainkan juga ada beberapa hal kocak dan gila yang sering kami lakukan ketika PKL. Harap jangan dicontoh, ini hanyalah sebuah keisengan para remaja tanggung saja, hehehe.


Isengin Orang di Lift


Oleh karena tempat kami PKL itu terletak di lantai 8, tentu saja kami membutuhkan lift untuk mencapainya. Kalau naik tangga saja mah bisa gempor.


Jadi dalam gedung biru itu ada dua buah lift dan disamping lift tersebut ada sebuah lorong yang akan membawa kita ke toilet yang terletak di belakang lift. Saya dan teman-teman suka iseng menekan tombol lift (padahal tidak mau naik) agar lift tersebut berhenti, sedangkan kami semua bersembunyi di toilet.


Suatu hari saya pernah mencoba untuk menekan namun tidak bersembunyi di dalam toilet. Saya mencoba untuk berdiri agak jauh dari lift tersebut, saya ingin memperhatikan reaksi dari para pengguna lift ketika lift itu berhenti dan tidak ada orang yang ingin masuk ke dalamnya.


Pintu lift terbuka, saya sudah pada posisi agak jauh dari lift dan dengan sekuat tenaga mencoba menahan tawa. Setelah pintu lift terbuka ada seseorang yang celingak-celinguk muncul dari dalam lift, mungkin ia kebingungan akan lift yang berhenti namun tidak ada siapa-siapa diluarnya, hingga pada akhirnya pintu lift menutup kembali.


Iseng banget ya? Ya memang begitulah saya dan teman-teman saya pada saat itu. Tolong jangan ditiru ya sob, tidak baik menjadikan fasilitas umum seperti lift untuk dijadikan bercandaan.


Bernyanyi di Lift


Menurut saya, bernyanyi merupakan sebuah kegiatan yang sangat ampuh dalam hal melepas penat dan lelah. Saya sering banget sih mempergunakan waktu rehat dari sebuah kegiatan untuk sekadar mendengarkan lagu ataupun ikut bernyanyi. Biasanya sih ikut bernyanyi juga, lebih lega saja gitu rasanya.


Itu juga yang sempat saya lakukan bersama teman PKL saya saat itu.


Di hari itu memang sudah waktunya bagi kami untuk pulang, gedung pun sudah sepi dari para karyawan. Hanya saja, sore itu kami diminta tolong oleh petugas kebersihan tempat kami bekerja untuk membawa sebuah barang ke lantai dasar. Saya agak lupa tepatnya saat itu kami disuruh membawa apa, yang jelas saat itu kami melakukannya secara bersama-sama.


Suasana sudah sangat sepi, bahkan yang turun menggunakan lift di sore itu hanya tinggal kami. Mengetahui hal tersebut membuat kami menjadi berani untuk bernyanyi di dalam lift "toh tidak akan ada orang yang mendengar ini." Begitu pikir kami pada saat itu.


Akan tetapi, tiba-tiba saja lift berhenti di lantai 4, pertanda bahwa akan ada seseorang yang masuk dan ikut turun bersama kami. Dengan panik kamu pun langsung diam seketika, saya yang pada awalnya duduk di lantai lift pun langsung bangun dan berdiri tegak karena akan ada orang lain yang masuk.


Seorang bapak-bapak pun masuk ke dalam lift, suasana hening, tiba-tiba beliau berkata "kok diem? Kenapa nggak nyanyi lagi?." Ternyata nyanyian kami pun didengar olehnya sebelum masuk ke dalam lift ini. Seketika kami pun tertawa bersama dan setelahnya mengobrol banyak hal bersama bapak-bapak itu.


Begitulah kami, lift kosong sebentar saja sudah membuat kegaduhan, hehehe. Tapi ya sobat pastilah sudah bisa menebak jika sudah membaca tulisan sebelumnya yang berjudul "Adnan", Adnan tidak akan terlibat banyak dalam hal-hal seperti ini.


Meja Tinggi Lantai 1


Disetiap lantai gedung biru memiliki akses internetnya masing-masing, hanya saja ditempat saya bekerja, di lantai 8 itu kecepatan akses internetnya agak lambat. Sebagai remaja tanggung yang memiliki kebiasaan pesan satu minuman untuk memakai wifi beramai-ramai di sebuah kafe, kami pun mencari spot wifi yang memiliki akses internet cepat.


Kami pun menemukan tempat yang memiliki akses internet yang cukup cepat, yaitu di lantai 1. Di lantai 1 itu ada sebuah ruangan besar yang biasanya dijadikan sebagai tempat pertemuan dan diluarnya ada meja pemerimaan tamu yang tinggi dan disitulah biasanya kami sering nongkrong untuk wifian.


Karena tidak setiap hari ruangan aula tersebut digunakan, membuat saya dan teman-teman saya bisa ke meja tinggi itu lebih sering. Meja penerimaan tamu itu berbentuk persegi panjang secara utuh jika dilihat dari luar, namun dibaliknya ada sebuah ruang kosong yang bisa digunakan untuk menaruh barang jika sedang ada acara di ruangan pertemuan.


Meja tersebut terletak diluar ruangan dan tidak ada kursi disekitarnya, jadi ruang kosong dibalik meja penerimaan tamu itulah yang biasa kami gunakan untuk duduk. Kalau berdiri mulu mah capek.


Suatu hari saya dan teman-teman sedang wifian di lantai 1, akan tetapi saat itu hanya Adnanlah seorang yang berada dibalik meja, saya dan teman-teman yang lainnya berdiri didepan meja. Entah karena lelah atau saking asiknya wifian, saat itu Adnan sampai tiduran dibalik meja penerimaan tamu.


Adnan ini memang cool orangnya, tapi terkadang perilakunya suka absurd juga.


Sampai suatu ketika ada seorang wanita yang ingin menerima telfon. Selayaknya orang yang ingin menerima telfon, wanita itu pun mencari tempat yang agak kondusif dan sepi agar ia bisa nyaman dalam berbicara di telfon.


Pada akhirnya ia menemukan tempat yang cocok, dimana lagi kalau bukan dibalik meja penerimaan tamu. Saya dan teman-teman yang melihat hal itu pun sudah cengar-cengir saja, karena seperti yang kita tahu dibalik meja itu ada Adnan sedang tiduran.


Wanita itu pun sudah berada dibalik meja dan ia terkejut ketika melihat dibalik meja itu ada seonggok manusia yang tanpa berdosa tengah tiduran santai. Adnan pun ikut terkejut dan langsung bangun dari posisinya, dengan perasaan malu Adnan menghampiri saya dan yang lainnya.


"lu pada bukannya ngasih tau gua juga." Ucap Adnan dengan agak kesal yang hanya kami jawab dengan gelak tawa.


Kejadian itu tuh lucu banget, bahkan saat saya menulis ulang ini saya masih tertawa saja mengingatnya. Sungguh Adnan yang malang.


Bermain Tenis Meja



Selain nongkrong di lantai 1, jika sedang jam istirahat terkadang kami diajak oleh para karyawan untuk bermain tenis meja. Meja tenis tersebut terletak di dalam sebuah ruangan di depan ruang rapat. Jadi jika ingin masuk ke dalam ruang rapat, kita harus melalui dua pintu, pintu pertama menuju ruang meja tenis itu berada dan pintu kedua menuju ruang rapat itu sendiri.


Jujur saja saya jarang sekali bermain tenis meja dan tidak bisa dalam memainkannya. Alhasil, saya pun bermain dengan asal dan ternyata tidak hanya saya, teman-teman saya yang lainnya pun juga tidak bisa.


Meski tidak bisa bermain, setidaknya kami semua dapat terhibur.


Kenalan dengan Cewek


Selama PKL disana kami sering menjumpai siswa dan siswi sekolah lain yang tentu saja juga sedang melaksanakan PKL seperti kami. Bahkan, sepertinya hampir di setiap lantai gedung biru pun ada anak PKL-nya, itu saya ketahui ketika saya sedang diberi tugas mengirim surat ke beberapa instansi di lantai yang berbeda-beda.


Selain itu, terkadang kami pun juga sering melihat anak sekolah lain ketika sedang jam istirahat dan hendak pergi ke kantin. Disaat-saat itulah terjadi sebuah hal dimana si Adnan naksir seorang cewek, seperti yang sudah saya ceritakan pada postingan sebelumnya.


Ketika PKL sebenarnya saya masih berhubungan dengan si Mawar, akan tetapi saat itu kami sedang sering-seringnya putus nyambung yang membuat status menjadi tidak jelas. Selalu saja ada hal yang diributkan jika sedang saling berkirim pesan, hal seperti itu membuat saya menjadi jenuh hingga akhirnya saya berkenalan dengan cewek lain yang juga sedang PKL.


Siang itu saya diberi tugas untuk memfotokopi beberapa dokumen, saya pun langsung bergegas pergi ke tempat fotokopi yang terletak diluar lingkungan gedung. Sebenarnya di kantin juga ada tempat untuk fotokopi, namun disana terkenal agak mahal dan para karyawan pun lebih memilih untuk memfotokopi diluar yang biayanya jauh lebih murah.


Sesampainya disana saya mendapati ada anak cewek PKL lain yang juga sedang memfotokopi. Agar tidak terlalu hening, saya pun memulai pembicaraan dengannya dan untung saja responnya baik, tidak seperti Adnan yang dicuekin, hehehe.


Kami pun berbincang-bincang banyak hal dan dari pertemuan itu saya mengetahui bahwa ia bernama Hana. Hana ini PKL di satu gedung yang sama dengan saya, namun ia di lantai 1, tempat yang biasa saya dan teman-teman saya nongkrong untuk wifian.


Semakin hari saya dan Hana pun semakin akrab, saya mengenalkan Hana pada teman-teman saya dan begitupun sebaliknya. Meskipun kami semakin dekat, tidak pernah terpikirkan oleh saya untuk menjadikan Hana lebih dari sekadar teman. Saya masih mencintai Mawar dan tidak ingin selingkuh lagi.


Masa PKL Hana pun telah selesai, ia lebih dulu selesai karena di peraturan sekolahnya hanya diharuskan dua bulan saja, sedangkan saya tiga bulan. Semenjak pertama kali bertemu saya tidak pernah bertanya akan nomor hape miliknya, namun di hari terakhir PKL-nya ia menemui saya dan memberikan nomornya.


Setelahnya, saya dan Hana menjadi teman dekat dan ketika ia hendak mendaftar kuliah pun saya ikut menemani, karena memang kami memilih universitas yang sama. Namun, karena kesibukan masing-masing menjadikan kami sudah tidak saling berkomunikasi, saya pun sudah jarang bertemu dengannya di kampus.


Kehilangan Helm


Ketika PKL ada sebuah kejadian yang sangat-sangat membuat saya jengkel. Saya sempat kehilangan helm ketika memarkirkan motor di basement.


Sore itu saya hendak pulang bersama teman-teman saya. Namun, ketika saya mencapai motor, saya tidak melihat helm saya yang biasa saya taruh di spion motor. Saya panik dan berusaha mencari kesana-sini, siapa tahu ada yang memindahkan helm saya ke motor lain.


Pencarian pun tidak membuahkan hasil meski sudah dibantu oleh teman saya juga. Tidak menyerah sampai disitu, saya perhatikan langit-langit sudut basement ada sebuah kamera cctv yang menyorot kearah motor saya. Saya bertanya kepada petugas yang ada disekitar situ dan ia berkata bahwa kamera cctv itu sudah tidak berfungsi lagi.


Aneh banget ya, lalu apa gunanya kamera cctv itu masih menggantung begitu saja jika memang sudah tidak berfungsi?.


Pada akhirnya saya pun coba mengikhlaskan helm saya dan saya pulang tanpa menggunakan helm. Untung saja saat itu tidak ada polisi, kalau ada mungkin bisa panjang urusannya ketika saya kedapatan lewat jalan besar tanpa mengenakan helm, hehehe.


Di hari-hari berikutnya saya lebih berhati-hati dengan selalu menjepit helm saya pada jok motor agar tidak mudah diambil. Sedari awal memang tidak ada masalah jika menaruh helm di spion motor. Ya mungkin saat itu saya memang sedang apes saja kali ya.


Itulah beberapa hal menarik yang terjadi ketika saya melaksanakan agends PKL.


Pada awalnya saya pikir itu semua akan membosankan, tapi justru waktu tiga bulan terasa sangatlah cepat. Saya dan teman-teman sangatlah diterima baik disana, bahkan sudah seperti keluarga sendiri. Para karyawan pun menyayangkan hal itu, mereka semua ingin agar kami tetap tinggal, karena menurut mereka kami sangatlah membantu pekerjaan mereka, terlebih lagi Pak Ali.


Ah iya, saya sama sekali belum menyebut nama beliau ya. Intinya, Pak Ali adalah sosok orang tua yang sangat ramah dan berjasa membimbing kami ketika PKL. Bagaimana kabarnya beliau sekarang ya? Semoga Pak Ali baik-baik saja.


Kalau sobat bagaimana? Adakah pengalaman menarik semasa sekolah dulu atau ketika PKL seperti saya?.


Wassalamualaikum...

5 Comments

  1. pengalaman PKL saya yang paling berkesan tentunya adalah cinta lokasi doong, hahahaha

    ReplyDelete
  2. Astaga jahil banget sih hahaha tapi kocak sih dan seru kalo diinget-inget ya. Kalo saya pengalaman menarik waktu PKL adalah tidak mendapat wawasan apa-apa justru lebih banyak nonton film azab atau drama korea hahaha cape dehhh

    ReplyDelete
  3. Baca ini bikin saya cengar-cengir sendiri hehehe baru tahu rupanya kalau di SMK harus PKL toh, saya kira baru dimulai di tingkat perkuliahan aja. Betewe menurut saya yang kasihan bukan cuma si Mas Adnan ini aja sih, saya ngebayangin jadi Mba-mba yang telpon itu pasti kaget setengah mati nemuin Mas Adnan tiduran di sana :") Ah, gokil lah!

    ReplyDelete
  4. Hana kalau dalam bahasa Jepang artinya bunga 🤭🤭

    Rupanya ilham seneng gadis yang namanya berhubungan dengan "bunga" yah..

    Semoga nantinya ada melati, adelia, kenanga yang menggantikan Mawar dan Hana

    ReplyDelete

Silahkan Berkomentar :)