Assalamualaikum...

Sumber gambar : beautifulindonesia.com


"Jika melihat sesuatu ketika mendaki atau di puncak nanti diam saja ya, kalau mau cerita nanti ketika sudah dibawah saja".

Wejangan seperti itu selalu saya dengar ketika hendak mendaki sebuah gunung, entah gunung di Jawa Barat, Jawa Tengah atau gunung manapun. Biasanya yang mengatakan itu adalah teman pendaki yang sudah berpengalaman dan beberapa warga setempat saat regis di basecamp.

Saya masih sayang dengan nyawa dan tidak ingin menjadi seseorang yang ceroboh, maka dari itu wejangan tersebut tidak hanya di dengar, tapi juga saya terapkan. Saya tidak akan bercerita apapun ketika melihat sesuatu yang aneh di gunung.

Bagi orang yang memiliki indra keenam atau penglihatan yang lebih, tentu mereka akan dengan mudah melihat sosok apapun di gunung dan tentu itu sangat mengerikan. Mungkin sobat akan bertanya-tanya mengapa tidak boleh bercerita demikian di gunung.

Kita mungkin sudah tahu dan paham bahwa gunung memiliki keindahan alam yang sangat menawan. Meski begitu, gunung juga menyimpan banyak cerita seram di dalamnya, karena memang gunung itu adalah tempatnya mereka yang tak kasat mata.

Kita yang mendaki gunung itu ibarat tamu dan mereka adalah tuan rumahnya. Selayaknya seorang tamu yang baik, kita sudah pasti harus menjaga sopan santun dan perilaku kita selama mendaki maupun ketika turun dari gunung juga. Tidak baik jika kita bercerita tentang mereka, kita saja yang di gosipin tidak suka, apalagi mereka. Terlebih lagi kita bercerita langsung di rumahnya.

Nyari perkara itu namanya, hehehe.

Saya memiliki teman yang bisa melihat mahkluk tak kasat mata. Jadi saat malam hari saya pernah pergi bersamanya menggunakan motor, saya sepanjang perjalanan tuh bertanya tentang pengalamannya melihat dan bertemu beberapa makhluk tak kasat mata.

Begitu sampai di sebuah tempat yang kiri kanannya adalah pohon besar, teman saya itu menyuruh saya diam dan melanjutkan ceritanya nanti saja. Saat itu saya sih menurut saja, ketika sudah melewati tempat itu pun ia barulah bercerita alasan sebelumnya menyuruh saya diam.

"Tempat kaya tadi tuh sarangnya mereka, banyak banget lah. Kalo kita ceritain mereka, mereka langsung ngeliatin kita yang cerita dan karena gua doang yang bisa liat, mereka jadinya liatin gua gitu. Seakan-akan nyuruh gua buat diem aja gitu".

Itulah alasannya dia menyuruh saya diam sob.

Tentu itu hanya di pinggir jalan yang memiliki banyak pohon besar, itu saja menurut teman saya yang melihat sudah banyak. Bayangin deh kalau di gunung, kalau kita cerita seperti itu berapa banyak mereka yang akan menatap kita dan saling mendengarkan cerita kita.

Terlebih lagi namanya mendaki sudah pasti akan menguras tenaga, tentu saja kita akan dengan mudah merasa lelah dan sebagainya. Ketika kita lelah dan drop itulah peluang bagi mereka untuk menjahili kita, maka dari itu lebih baik ikuti saja wejangan seperti itu.

Kalau melihat sesuatu di gunung, ceritanya kalau sudah di bawah saja. Sekali lagi, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.

Wassalamualaikum...

0 Comments