Ceritaku
Gara-gara Gondrong : Segitu Cantikkah Saya?
Assalamualaikum...
Waktu itu adalah malam minggu, malam dimana para muda-mudi yang memiliki pasangan pergi untuk jalan-jalan, sedangkan mereka yang jomblo hanya meringkuk di kamar sambil menutup mata, kuping, dan juga hidung. Melewati detik demi detik malam jahat, berharap pagi mulai datang, kalau bisa dipercepat.
Malam itu juga saya mengendarai kuda supaya baik jalannya hiaaat, bukan bukan bukan. Malam itu juga saya mengendarai motor Beat merah kesayangan saya menuju rumah pujaan hati saya.
Banyak rintangan yang harus dilewati tatkala ingin kerumah pacar di malam minggu. Berbeda dari malam biasanya, diperkirakan oleh para peneliti bahwa jumlah kendaraan di daerah saya meningkat 40% saat di malam minggu. Kemacetan di jalan raya menjadi salah satu rintangan yang cukup menyita waktu saya untuk segera sampai ditempat tujuan.
Belum lagi asap kendaraan dan asap dari bakar sate yang banyak terkadang membuat mata menjadi perih. Lebih perih daripada melihat mantan yang sudah punya gebetan dan gebetannya itu merupakan bekas gebetan saya dulu. Lah berarti?.
Jadi ada sebuah kejadian yang cukup membuat saya kaget, waktu itu rambut saya masih gondrong. Sebenarnya tinggal beberapa meter lagi sampai dirumah pacar, tapi posisi saya masih dijalan raya. Saat saya sedang fokus berkendara sambil melirik mba-mba penjual tahu krispi yang cantik, tiba-tiba sebuah sendal berukuran kecil jatuh dari motor yang berada tepat di depan saya.
Dengan sigap saya pun menghentikan motor saya dan mengambil sendal tersebut yang merupakan milik seorang anak dari pengendara yang ada di depan saya tadi. Saya pun menghampiri pengendara tersebut, jadi yang menyetir itu bapaknya dan yang dibonceng itu anaknya dan istrinya, saya pun memberikan sendal tersebut kepada sang istri atau sang ibu.
Setelah saya kembalikan sendalnya, si ibu berterima kasih pada saya.
"Makasih ya mba".
"......" saya kaget.
Saya pun menengok ke belakang saya, takut ada mba-mba yang tiba-tiba ikut numpang. Tapi nihil sob, tidak ada sosok mba-mba. Jadi, ya benar, ibu itu mengira saya adalah mba-mba -_-.
Segitu cantikkah saya?. Padahal saat itu saya menggunakan helm, entah itu si ibu hanya menebak saja atau memang aura kecantikkan saya tertangkap oleh mata beliau. Tanpa pikir panjang saya pun hanya tersenyum dan berlalu begitu saja.
Kesalahan terbesar saya adalah saat saya bercerita kepada pacar. Setelah menceritakan hal tersebut ia selalu saja tertawa dan meledek saya dengan memanggil saya "mba", sungguh menyebalkan.
Ini tidak terjadi sekali saja, ada cerita lainnya lagi tentang rambut gondrong saya. Saya akan bercerita dilain kesempatan, jadi tunggu saja, siapkan chuba satu dus dulu buat menemani membaca.
Wassalamualaikum...
0 Comments
Silahkan Berkomentar :)