Ceritaku
Ferdi yang Malang, Secuil Cerita di Pendakian Gunung Prau 2017
Assalamualaikum...
Mendaki gunung, kegiatan yang sebenarnya cukup menguras tenaga tetapi banyak sekali orang yang suka melakukannya. Mendaki gunung bukan sekadar berjalan menanjak dan menurun diatas tanah, bukan sekadar selfi-selfi ria ketika berada di puncaknya, kenyataannya lebih dari itu.
Banyak momen-momen tak akan terlupakan yang terjadi selama mendaki maupun turun dari gunung. Saya sebagai orang yang pernah mendaki gunung pun pernah mengalami beberapa momen yang tak akan terlupakan bersama teman saya.
Tidak, tulisan ini bukan untuk bercerita tentang pendakian baru saya, karena memang saya sudah pernah bilang bahwa tidak akan mendaki lagi dalam waktu dekat ini.
Tulisan ini merupakan tulisan tentang secuil momen yang pernah terjadi saat saya mendaki gunung bersama teman-teman saya. Pendakian gunung Prau. Memang benar saya sudah pernah bercerita tentang Prau, tapi ternyata ada bagian atau momen yang tidak saya ceritakan pada tulisan dua tahun yang lalu.
2017
![]() |
Sumber gambar via Instagram/ mhmmdsukron_ |
Saya sudah rada-rada lupa sebenarnya, yang jelas pada tahun 2017 lalu saya, Afif, Putra, Teguh, dan Ferdi pergi mendaki ke gunung Prau. Mendaki gunung Prau adalah pendakian kedua saya dan untuk pertama kalinya bagi saya menginap semalam di gunung, sebelumnya saya mendaki hanya tektok atau naik terus langsung turun lagi.
Ada satu hal yang akan membuat saya selalu ingat dengan gunung Prau, yaitu udara dinginnya. Dari beberapa gunung yang saya daki, saya rasa gunung Prau adalah yang terdingin. Entah karena memang seperti itu atau pada saat itu angin berhembus sedang kencang saja.
Ya, saat berada di puncaknya, angin berhembus cukup kencang dan itulah yang membuat saya selalu menyelipkan kedua tangan di ketiak.
Karena udara yang dingin itulah ada sebuah momen yang sampai detik ini tidak akan saya lupakan. Tentang teman saya yang bernama Ferdi.
Ferdi yang Malang
Saya dan teman-teman berhasil sampai puncak Prau itu sekitar pukul 4 sore dan langsung mendirikan tenda, tentu setelah menentukan lokasi lahan yang pas untuk mendirikannya. Meski mentari masih ada, udara dingin tidak ingin kalah dan membuat gigi saya gemerutuk terus karena menggigil.
Mentari pun perlahan mulai turun, sejurus dengan itu udara dingin pun semakin menjadi-jadi. Untungnya tenda sudah berdiri dan kami semua sudah berada di dalam tenda, saya sendiri saking dinginnya walau sudah pakai jaket dan kaus kaki, tetap saja pakai sarung lagi.
Ferdi, salah satu teman saya yang agaknya tidak kuat dengan udara dingin yang mendera. Ia hanya bisa terduduk diam sambil melapisi tubuhnya dengan sarung sama seperti yang saya lakukan. Melakukan pendakian dan mendirikan tenda tentu menguras tenaga, kami pun lapar dan akhirnya memutuskan untuk memasak sayur sop dan menggoreng naget, tentu memasak nasi juga tidak lupa.
Ferdi yang malang, ia terlihat sangat menggigil, terlihat jelas dari rahangnya yang selalu saja bergetar. Kami semua mulai bahu-membahu dalam memasak. Putra memasak nasi, saya, Afif, dan Teguh memasak sayur sop dan menggoreng naget. Ferdi? Saya kasihan dengannya, maka dari itu ia lebih baik menunggu saja, udara dingin saat itu benar-benar membuat ia tak berkutik.
![]() |
Ilustrasi Ferdi kedinginan Sumber gambar : klikdokter.com |
Entah karena udaranya yang dingin atau apa, tapi makanan yang kita masak itu lama sekali matangnya. Rasanya saya sudah lama sekali merebus sayur, tapi wortel dan kentang masih saja keras seperti baru dipetik. Kami semua sudah kelaparan tak terkecuali Ferdi, ya, dia sangat butuh makanan ketika kondisinya sedang begitu. Terlebih lagi sayur sop yang hangat, tentu itu baik untuknya.
Sudah sangat lama, kami pun tidak sabar dan akhirnya masak-memasak pun disudahi, walau saya ragu sayur sopnya sudah matang dan lezat atau belum. Kalau dari segi rasa kuahnya sih sudah pas, tapi sayurnya?.
Makanan pun mulai di hidangkan dan kami pun mulai melahap makanan yang ada. Ternyata sayurnya belum cukup matang, begitu pula dengan nagetnya. Oleh karenanya, rasanya menjadi tidak terlalu enak.
Efeknya, makanan pun menjadi tersisa dan tidak habis sempurna. Ferdi pun tidak melahap makanan tersebut sampai habis, karena memang tidak enak, kasihan Ferdi. Akhirnya saya suruh Ferdi untuk istirahat saja duluan, saya tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan mengingat kondisinya yang sudah sangat kedinginan.
Setelah menulis beberapa kata diatas kertas menggunakan spidol, saya dan teman-teman pun akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hari itu dengan tidur.
Itu merupakan momen yang benar-benar tidak akan saya lupakan. Raut wajah kedinginannya Ferdi masih tergambar sangat jelas di ingatan saya, sumpah kalau ingat waktu itu tuh kasihan banget si Ferdi. Melas banget hehehe.
Kalau sobat sendiri punya momen yang tak terlupakan saat mendaki gunung atau tidak? Tulis di kolom komentar ya.
Wassalamualaikum...
0 Comments
Silahkan Berkomentar :)