Ceritaku
Jadilah Seperti Kacang Panjang
Assalamualaikum...
![]() |
Sumber gambar : doktersehat.com |
Bulan Ramadhan telah berlalu, begitu juga dengan hari raya Idul Fitri kemarin. Namun meski telah berlalu tetap meninggalkan kesan bagi semua umat Islam di dunia. Layaknya sebuah noda teh di baju putih yang sangat membekas dan sulit dihilangkan.
Jujur saja, pada bulan Ramadhan kebersamaan di keluarga saya semakin terjalin. Pada hari biasanya kami semua jarang makan bersama, namun ketika bulan puasa atau bulan Ramadhan kemarin kami selalu makan bersama-sama. Mulai dari makan sahur dan juga makan saat berbuka puasa.
Itu merupakan salah satu dari banyaknya momen yang akan selalu membekas dan sulit untuk dilupakan. Bahkan bukan hanya kebersamaan antar keluarga saja. Karena bulan Ramadhan saya jadi bisa bertemu lagi dengan teman-teman sekolah dulu. Saya merasa senang sekali.
Setelah sebulan lamanya umat Islam berpuasa menahan lapar, haus, dan juga hawa nafsu, akhirnya kami pun merayakan sebuah hari kemenangan. Dimulai dengan melaksanakan shalat Idul Fitri di pagi hari dan melakukan tradisi kami yaitu bersalam-salaman saling memaafkan antar tetangga dan saudara.
Shalat idul fitri itu sendiri terdiri dari shalat dan juga mendengarkan khotbah di akhirnya. Nah materi khotbah yang kemarin di bawakan oleh khotib masih sangat terngiang-ngiang di kepala saya. Mengapa begitu? Karena itu materi khotbah yang sangat-sangat bagus menurut saya.
Seperti apakah materinya? Kali ini saya akan jelaskan beberapa saja sob, tentunya yang masih saya ingat di kepala hehehe. Jadi khotib menjelaskan bahwa ketika puasa kita selalu melaksanakan rangkaian ibadah seperti mengaji, shalat tarawih, dan sebagainya.
Namun kebanyakan dari umat Islam hanya melakukan hal tersebut di bulan puasa atau bulan Ramadhan saja. Setelah bulan Ramadhan selesai kita pun kebanyakan mulai agak malas lagi shalat di mushola atau masjid, tadarus atau mengaji di setiap malamnya, dan beberapa amalan sunnah lainnya.
Khotib berpesan supaya kita menjadi seperti kacang panjang. Sobat mungkin bertanya-tanya, menjadi kacang panjang? Apa hubungannya kacang panjang dengan rajin ibadah?. Jika langsung di sangkut pautkan seperti itu memang tidak ada hubungannya, tetapi kita harus paham terlebih dulu tentang sayur kacang panjang itu sendiri.
Sayur kacang panjang bisa di sebut demikian karena memang jelas ia memiliki bentuk yang panjang. Karena namanya tersebut, kacang panjang akan selalu di sebut panjang meskipun telah di potong sampai potongan yang sangat kecil atau pendek. Nah saat itu khotib berpesan agar kita menjadi seperti kacang panjang.
Bukan maksudnya kita harus jadi seperti kacang panjang yang berwarna hijau dan panjang itu hehehe. Tetapi hendaknya kita meniru hakikat kacang panjang yang akan selalu panjang meski telah di potong sampai pendek. Maksudnya adalah meski bulan Ramadhan telah usai, kita harus tetap rajin melaksanakan ibadah layaknya di bulan Ramadhan kemarin, itulah yang dimaksud khotib.
Pada saat itu saya benar-benar dibuat terkesan dengan materi yang di sampaikannya itu. Kita harus menjadi seperti kacang panjang yang akan selalu panjang. Kita harus tetap menjadi umat yang selalu melaksanakan ibadah dengan rajin meski bulan puasa atau bulan Ramadhan telah berlalu.
Memang bukan sebuah perkara mudah untuk menjadi seperti kacang panjang, tetapi hal tersebut juga bukanlah sesuatu yang mustahil. Semua berawal dari kita, niat kita, keikhlasan hati kita untuk melaksanakannya, dan jika dua itu sudah ada pasti kita akan merasakan kenikmatan ketika melaksanakan berbagai macam ibadah tersebut.
Dengan dilakukannya puasa diharapkan agar kita mengerti kondisi yang dialami saudara-saudara kita yang kurang mampu. Bagaimana lelahnya mereka, bagaimana laparnya mereka kita juga ikut merasakannya. Zakat fitrah hanya ada sekali dalam setahun, tetapi sang khotib berpesan agar kita tetap rutin memberikan sedekah kepada saudara kita yang membutuhkan.
Lagi-lagi harta hanyalah titipan, tidak ada yang akan dibawa ketika kita sudah tidak bernyawa nantinya. Jadi, tidak ada yang perlu kita bangga-banggakan dengan harta yang kita miliki selama di dunia ini. Justru dengan semakin banyaknya harta yang kita miliki, tentu pertanggungjawaban kita di depan Allah akan semakin banyak.
Itulah beberapa hal yang di sampaikan khotib ketika saya melaksanalan shalat idul fitri kemarin. Tentu saja bukan hanya itu, tetapi itu adalah salah satu materi yang sangat berkesan menurut saya. Maka dari itu saya menuliskannya disini, supaya dapat membuat saya tetap ingat dan meneruskan ilmu yang saya dapatkan dari sang khotib.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat buat sobat semua. Terimakasih karena sudah membaca tulisan ini dan saya mohon maaf apabila ada salah-salah kata. Sampai jumpa di postingan berikutnya.
Wassalamualaikum...
16 Comments
Materi kotbah yg dibawakan oleh sang Khotib terasa menyejukkan hati ya mas, tinggal menjalankan apa yg telah disampaikan beliau
ReplyDeleteIya benar, saya fokus banget mendengarkan kemarin hehehe.
DeleteIya betul kata pak khotib selepas ramadhan ibadah sunnah mulai berkurang bahkan ibadah wajib pun kadang tertinggal
ReplyDeleteTetapi masih bagus ada iman menghormati ramadhan dgn perbanyak ibadah pas ramadhan namun puasa yang mabrur adalah setelah ramadhan ibadah nya lebih baik
Yap betul bang, saya juga senang banget sama materi khotbahnya.
DeleteKeren nih filosofinya,...meski dipotong tapi tetap saja namanya kacang pannjang, begitupun manusia juga seharusnya demikin,..walaupun ficaci dan dimaki tetap baik hatinya,..ea 😀,..mampir gan,..namu ke blog saya,..ha-ha
ReplyDeleteSiap bang, meluncur hehehehe.
DeleteTerima kasih mas sudah mau berkunjung,..ea 😀
ReplyDeleteAshiap sama sama ea hehehe
Deletesaya mlh udh rada lupa mas materi khotbah waktu sholat idul fitri kemaren, soalnya masih rada ngantuk hehe :D
ReplyDeleteAwalnya saya juga ngantuk tapi karena materi yang disampaikan cukup berbobot makanya saya menyimak tanpa berkedip, yang terahir bohong wkwkwk.
Deleteini filsuf hehe. bisa dijadikan sbg bahan pembelajaran :D
ReplyDeleteIya bener bang hehehe
DeleteIya bener. Kalo puasa orang pada rajin ibadah, rajin solat, rajin baca Quran. Eh abis puasa pada lupa semuanya. Emak gw juga sering ngomong gitu. Kalo rajin jangan pas puasa doang. Masa iya setahun sekali doang rajinnya. Kalo udah bersabda gitu gw cuman bisa mingkem.
ReplyDeleteHehehe fenomena yang udah sangat wajar ko bang
DeleteMaa syaa Allah tabarakallah
ReplyDeletebulan ramadhan memang penuh berkah bang, begitu banyak menyimpan nostalgia
ReplyDeleteSilahkan Berkomentar :)