Cerpen
Cerpen : Hujan yang Sama Cerita Berbeda (Bagian 1)
Assalamualaikum...
Halo sobat My Blog My Daily apakabar kalian semua? Semoga kalian semua sehat-sehat saja ya. Pada kesempatan kali ini saya ingin share kepada sobat semua tentang cerpen yang pernah saya buat. Cerpen ini bergenre romance dan saya buat pada tahun 2016 sob, ya sudah lama banget lah, mungkin pada saat itu saya baru belajar membuat cerpen jadi mohon maaf apabila banyak kekurangan ya.
Cerpen ini pernah saya publish di cerpenmu.com. Cerpenmu merupakan sebuah website yang dimana terdapat banyak cerpen karya anak bangsa. Selain bisa membaca cerpen kita juga bisa mengirim cerpen yang kita buat disitu sob. Oke langsung saja deh ini dia cerpennya.
"Ayo keluar Nino, kita sarapan dulu!." Teriak ibu dari luar kamar gua.
"Iya bu, sebentar lagi Nino keluar dan turun."
"Baiklah terserah kamu saja."
"..."
"Payah, gua masih aja belum bisa lupain dia." Gumam gua dalam hati dengan mata yang masih memandang kosong ke arah hujan di luar jendela kamar.
-
Kenalin nama gua Nino, gua anak tunggal dari seorang pengusaha ternama di kota gua ini. Hidup gua bisa dibilang serba kecukupan dan mengingat gua anak tunggal, terkadang kedua orang tua gua selalu memanjakan gua dengan apapun itu. Mereka selalu memberikan apa yang gua mau, tanpa harus gua merengek untuk kedua kalinya. Gua sendiri sekarang sudah berumur 17 tahun dan tentunya sudah kelas dua atau kelas sebelas SMA. Bisa dibilang gua orangnya lumayan cakep (kata temen gua), gua juga cukup tinggi dibanding anak laki lainnya di kelas gua dan mungkin itu yang membuat banyak anak perempuan tertarik pada gua. Kalau dari segi sifat gua tuh orangnya cuek (termasuk sama cewek), emosian, bosenan, dan ya bisa dibilang sifat gua lebih banyak minusnya ketimbang plusnya. Tapi kalau soal pelajaran sih otak gua lumayan encer. Ya gua cuek sampai suatu saat gua ketemu seorang perempuan yang bisa lunturin ego gua, yang bisa buat gua gak nafsu makan, gak nyenyak tidur di malam harinya dan gua bertemu dia saat hujan turun di halte dekat sekolah gua.
-
Hari itu, tepatnya di Senin pagi gua turun dari kamar gua setelah gua selesai mandi dan memakai seragam sekolah, untuk menemui ayah dan ibu yang sudah menanti gua dari tadi di meja makan.
"Buruan dimakan tuh rotinya, terus jangan lupa susunya di minum lalu berangkat!" Ucap ibu begitu gua mendekati meja makan.
"Iya bu."
Dua lembar roti tawar yang telah di olesi susu coklat di tengahnya, dengan ditaburi meses dan segelas susu putih merupakan menu sarapan wajib yang harus selalu gua lahap setiap paginya. Gua sih tidak terlalu milih-milih kalau soal makanan, tapi gua tidak bisa munafik juga, kadang gua suka bosan kalau setiap sarapan menunya begini terus. Roti habis dan mulai gua minum susunya, ini bukan susu segar melainkan ya susu biasa yang banyak dijual di supermarket atau minimarket, jadi ya rasanya sudah manis dari sananya. Setelah sarapan gua langsung berpamitan kepada kedua orang tua gua sembari menarik tas dan menuju ke garasi untuk mengeluarkan motor fairing kesayangan gua. Ya gua biasa berangkat ke sekolah menggunakan motor, sebenarnya baru pas masuk SMA saja sih gua naik motor karena jarak dari rumah ke sekolah gua cukup jauh, berbeda dengan jarak dari rumah ke sekolah SMP gua yang lumayan dekat. Dan gua menolak waktu ayah gua bersedia untuk mengantar jemput gua, gua minta dibelikan motor saja dan pastinya ayah gua langsung menuruti permintaan gua tanpa harus gua meminta untuk yang kedua kalinya. Dalam hal memilih motor gua juga tidak sembarangan memilih, tentunya gua suka motor kopling berfairing dan bukan naked dan akhirnya gua dibelikan motor fairing dengan kubikasi mesin sebesar 250cc yang headlampnya mirip mata ikan hiu. Jarum jam di tangan gua sudah menunjukkan angka tujuh (jarum pendek) dan angka sembilan (jarum panjang) yang artinya gua cuma punya waktu lima belas menit lagi untuk sampai sekolah tanpa harus terkena hukuman, langsung saja gua menstarter motor dan melesat cepat ke sekolah.
Walau baru jam delapan panas teriknya matahari terasa menyengat di kulit gua, ya gua sampai di sekolah terlambat dua menit dan mengharuskan gua berdiri di depan tiang bendera sambil memberi hormat dan memandang ke atas, sudah menjadi hukuman wajib bagi para siswa dan siswi di sekolah gua yang terlambat selain lari keliling lapangan. Memiliki motor fairing dengan top speed tembus 200 km/h tidak menjamin gua sampai sekolah tepat waktu, ya walau bagaimanapun ini salah gua sendiri tidak mungkin gua menyalahkan besi beroda (motor). Jam menunjukkan pukul sembilan dan bel istirahat pun telah berbunyi, yang tandanya gua sudah bebas dari hukuman.
"Sekarang kamu boleh istirahat, lain kali jangan di ulangi lagi!" Ucap pak Doni selaku guru BK di sekolah gua.
"Baik pak." Jawab gua agak lesu dengan peluh yang terus saja mengucur di dahi.
Setelah mendengar perkataan dari pak Doni gua langsung lari ke kantin dan tentunya untuk membeli minuman guna menghilangkan haus yang menyerang gua sejak pagi tadi. Sekolah gua memiliki kantin yang menjual beraneka ragam makanan dan minuman, jadi gua tidak pernah bosan untuk jajan disini. Gua memesan minuman es jeruk karena gua sudah tidak tahan lagi sama hausnya, begitu minumannya jadi gua langsung menyambar saja es jeruk dari tangan mpok warung tanpa membayar terlebih dahulu, alhasil ya gua diteriakin sama mpoknya ya udah gua bayar dan sekalian minta maaf kalau tadi itu gua lupa, serius gua lupa. Entah kenapa gua paling suka es jeruk di kantin ini ketimbang minuman yang lainnya, habis enak sih, ada manis ada asemnya ditambah lagi pakai es batu yang bikin dingin pokoknya ajib. Gua beranjak untuk pergi ke kelas dan tidak lama gua sampai kelas bel masuk pun berbunyi.
Rintik-rintik air bening dari awan gelap di langit mulai turun dengan intensitas yang kecil. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang, bel pulang pun berbunyi gua bergegas untuk keluar kelas dan berlari ke parkiran untuk mengambil motor. Motor sudah gua starter, gua tarik kopling dan masukkan gigi kemudian menarik gas dengan perlahan, lalu keluar sekolah, namun sial baru beberapa meter gua keluar sekolah hujan tiba-tiba turun deras dan memaksa gua untuk berteduh di halte bis samping sekolah gua. Sambil melihat motor gua yang basah terguyur air hujan yang deras gua mengutuki diri gua sendiri yang ceroboh karena lupa membawa jas hujan hari ini. Terlalu larut dalam diam sampai-sampai gua tidak menyadari kalau di halte ini gua tidak sendiri melainkan ada cewek dan mungkin gua tidak akan tahu kalau dia tidak terlebih dahulu membuka obrolan.
"Deras banget ya hujannya."
"Oh iya kak."
Entah kenapa gua juga tidak tahu, begitu gua melihatnya gua langsung menyebutnya dengan panggilan "Kak", karena menurut gua sih cewek ini lebih tua dari gua dan gua rasa dia sudah bekerja.
"Nama kamu siapa?"
"Nino."
Tiba-tiba kami pun terdiam dan hujan pun belum menampakkan tanda-tanda bahwa ia akan berhenti mengguyur bumi. Tangan gua menggigil dan tidak gua duga sebelumnya tiba-tiba cewek di sebelah gua memberikan jaketnya.
"Nih pake aja, biar gak menggigil gitu!"
"Gak usah kak, makasih." Tolak gua secara halus sembari tersenyum ke arahnya.
"Gak apa-apa."
Tidak disangka tuh cewek melingkarkan jaketnya menutupi punggung gua. Gua gugup benar-benar gugup, tidak bisa berbicara apa-apa karenanya.
"Santai aja Nino."
"Ehh i..iiya kak." Ucap gua dengan terbata-bata.
"Nama aku Resti." Ucapnya memperkenalkan diri dengan menyunggingkan sebuah senyuman.
Oh Tuhan itu adalah senyuman terindah yang pernah gua lihat. Ah sial apa yang terjadi pada gua tidak biasanya gua memuji kecantikan seorang makhluk ciptaan Tuhan bernama perempuan. Gua rasa Resti berbeda, sungguh berbeda.
Hujan pun mulai reda dan matahari pun mulai menampakkan dirinya kembali dari persembunyiannya kala hujan datang tadi. Namun gua masih saja terdiam dengan jaket Resti yang masih menutupi tubuh gua dan gua pun tidak menyadari bahwa Resti sudah tidak ada di samping gua. Gua beranjak dari kursi, berdiri celingukan kesana kemari berharap mata gua masih menangkap sosok manis yang telah memberikan jaketnya kepada gua, hanya ingin berterimakasih dan mengemballikan jaketnya. Tapi dia benar-benar sudah pergi gua rasa, sepanjang mata gua memandang ke seluruh penjuru jalan gua sama sekali tidak menangkap sosoknya. Gua berjanji besok sepulang sekolah akan mampir ke halte ini lagi, siapa tahu Resti ada disini lagi besok siang.
Malam harinya, sekitar pukul enam lebih dua puluh menit, seperti biasa ibu gua menyiapkan untuk makan malam bersama. Dari dulu sampai sekarang, keluarga gua kalau soal jam makan tidak pernah telat sama sekali, termasuk jam makan malam. Jam enam lebih dua puluh menit itu jam makan malam keluarga gua dan harus jam segitu tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih dan gua tidak pernah permasalahin itu menurut gua selama gua tetap bisa makan ya tidak ada masalahnya, it's fine. Menu makan malam kali ini adalah ayam bakar madu buatan ibu gua beserta saladnya, dalam soal makanan memang ibu gua selalu memperhatikan asupan gizinya. Jadi, setiap makanan entah itu sarapan, makan siang atau makan malam pasti ada lauk pauk, sayur dan minumannya harus susu. Tanpa harus dipanggil ibu seperti pagi tadi, gua langsung menghampiri meja makan dan memakan masakan ibu dengan lahapnya.
"Lahap banget makannya Nino." Ucap ayah melihat gua makan dengan lahapnya.
"..."
"Ayah, kalo Nino lagi makan jangan diajak bicara, nanti dia bisa tersedak." Ucap ibu.
Selesai makan, gua langsung kembali ke kamar untuk sekadar tidur-tiduran sambil mengenakan headset yang telah gua putar playlist lagu-lagu dihandphone gua. Dan seperti biasa gua ketiduran.
Keesokan harinya gua terbangun dengan wajah basah terkena air yang gua sendiri bingung darimana datangnya air tersebut, namun pertanyaan yang timbul di benak gua ketika gua terbangun dari mimpi terjawab sudah dengan hadirnya sosok wanita di hadapan gua.
"Bangun Nino! Lihat sudah jam berapa itu!" Teriak ibu dengan memegang segelas air di tangannya sambil menunjuk kearah jam dinding dikamar gua.
Jam menunjukkan pukul tujuh kurang tiga puluh menit. Gua kesiangan ya gua kesiangan. Seketika gua langsung beranjak dari tempat tidur gua yang mulai ikut basah terkena air yang disiram ke wajah gua dan gua berlalu begitu saja meninggalkan ibu gua yang masih saja mengomel. Hanya dalam hitungan menit gua sudah rapi dengan seragam sekolah plus tas yang berisi beberapa buku pelajaran yang akan diajarkan di sekolah hari ini. Pagi ini gua tidak sarapan, namun ibu gua tetap saja kekeuh untuk memasukkan dua lembar roti kedalam kotak makanan untuk bekal gua nanti di sekolah. Gua sih menurut saja kalau ibu sudah bersikeras seperti itu. Setelah pamit gua langsung berangkat menuju sekolah.
Tinggal beberapa meter lagi gua sampai di sekolah dan gua melirik jam tangan gua, sisa dua menit lagi untuk gua sampai sebelum bel masuk berbunyi dan kalau bel masuk sudah berbunyi siap-siap saja gua berdiri di depan tiang bendera lagi. Lega rasanya begitu sampai ternyata bel belum berbunyi dan benar saja tidak lama gua memarkirkan motor dan hendak berjalan ke kelas, bel masuk pun berbunyi dengan lantangnya membuyarkan para siswa dan karyawan yang sempat berkeliaran di sekitar area sekolah tadi. Sampai dikelas gua baru saja teringat bahwa hari ini ada pelajaran Fisika dan pak Jefry (Guru Fisika gua) telah memberikan tugas sejak minggu lalu dan gua lupa mengerjakannya. Alhasil, selama pelajaran Fisika berlangsung gua terus saja berdiri dengan satu kaki di pojok depan kelas dekat papan tulis sebagai bentuk hukuman karena gua tidak mengerjakan tugas yang diberikan, sesekali gua mendengarkan pak Jefry yang sedang menjelaskan di papan tulis dengan diselingi sindiran yang tentu saja beliau tujukan kepada gua. Meskipun otak gua lumayan encer dalam hal pelajaran, tapi itu tidak menjamin gua tidak mendapatkan hukuman ya karena hukuman itu gua dapat karena sikap gua yang buruk, yang lebih banyak minusnya ketimbang plusnya seperti yang sudah gua bilang di awal tadi.
Bersambung...
Untuk kelanjutan ceritanya saya akan update besok ya sob. Terimakasih karena sudah membaca dan sampai jumpa.
Wassalamualaikum...
"Buruan dimakan tuh rotinya, terus jangan lupa susunya di minum lalu berangkat!" Ucap ibu begitu gua mendekati meja makan.
"Iya bu."
Dua lembar roti tawar yang telah di olesi susu coklat di tengahnya, dengan ditaburi meses dan segelas susu putih merupakan menu sarapan wajib yang harus selalu gua lahap setiap paginya. Gua sih tidak terlalu milih-milih kalau soal makanan, tapi gua tidak bisa munafik juga, kadang gua suka bosan kalau setiap sarapan menunya begini terus. Roti habis dan mulai gua minum susunya, ini bukan susu segar melainkan ya susu biasa yang banyak dijual di supermarket atau minimarket, jadi ya rasanya sudah manis dari sananya. Setelah sarapan gua langsung berpamitan kepada kedua orang tua gua sembari menarik tas dan menuju ke garasi untuk mengeluarkan motor fairing kesayangan gua. Ya gua biasa berangkat ke sekolah menggunakan motor, sebenarnya baru pas masuk SMA saja sih gua naik motor karena jarak dari rumah ke sekolah gua cukup jauh, berbeda dengan jarak dari rumah ke sekolah SMP gua yang lumayan dekat. Dan gua menolak waktu ayah gua bersedia untuk mengantar jemput gua, gua minta dibelikan motor saja dan pastinya ayah gua langsung menuruti permintaan gua tanpa harus gua meminta untuk yang kedua kalinya. Dalam hal memilih motor gua juga tidak sembarangan memilih, tentunya gua suka motor kopling berfairing dan bukan naked dan akhirnya gua dibelikan motor fairing dengan kubikasi mesin sebesar 250cc yang headlampnya mirip mata ikan hiu. Jarum jam di tangan gua sudah menunjukkan angka tujuh (jarum pendek) dan angka sembilan (jarum panjang) yang artinya gua cuma punya waktu lima belas menit lagi untuk sampai sekolah tanpa harus terkena hukuman, langsung saja gua menstarter motor dan melesat cepat ke sekolah.
Walau baru jam delapan panas teriknya matahari terasa menyengat di kulit gua, ya gua sampai di sekolah terlambat dua menit dan mengharuskan gua berdiri di depan tiang bendera sambil memberi hormat dan memandang ke atas, sudah menjadi hukuman wajib bagi para siswa dan siswi di sekolah gua yang terlambat selain lari keliling lapangan. Memiliki motor fairing dengan top speed tembus 200 km/h tidak menjamin gua sampai sekolah tepat waktu, ya walau bagaimanapun ini salah gua sendiri tidak mungkin gua menyalahkan besi beroda (motor). Jam menunjukkan pukul sembilan dan bel istirahat pun telah berbunyi, yang tandanya gua sudah bebas dari hukuman.
"Sekarang kamu boleh istirahat, lain kali jangan di ulangi lagi!" Ucap pak Doni selaku guru BK di sekolah gua.
"Baik pak." Jawab gua agak lesu dengan peluh yang terus saja mengucur di dahi.
Setelah mendengar perkataan dari pak Doni gua langsung lari ke kantin dan tentunya untuk membeli minuman guna menghilangkan haus yang menyerang gua sejak pagi tadi. Sekolah gua memiliki kantin yang menjual beraneka ragam makanan dan minuman, jadi gua tidak pernah bosan untuk jajan disini. Gua memesan minuman es jeruk karena gua sudah tidak tahan lagi sama hausnya, begitu minumannya jadi gua langsung menyambar saja es jeruk dari tangan mpok warung tanpa membayar terlebih dahulu, alhasil ya gua diteriakin sama mpoknya ya udah gua bayar dan sekalian minta maaf kalau tadi itu gua lupa, serius gua lupa. Entah kenapa gua paling suka es jeruk di kantin ini ketimbang minuman yang lainnya, habis enak sih, ada manis ada asemnya ditambah lagi pakai es batu yang bikin dingin pokoknya ajib. Gua beranjak untuk pergi ke kelas dan tidak lama gua sampai kelas bel masuk pun berbunyi.
Rintik-rintik air bening dari awan gelap di langit mulai turun dengan intensitas yang kecil. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang, bel pulang pun berbunyi gua bergegas untuk keluar kelas dan berlari ke parkiran untuk mengambil motor. Motor sudah gua starter, gua tarik kopling dan masukkan gigi kemudian menarik gas dengan perlahan, lalu keluar sekolah, namun sial baru beberapa meter gua keluar sekolah hujan tiba-tiba turun deras dan memaksa gua untuk berteduh di halte bis samping sekolah gua. Sambil melihat motor gua yang basah terguyur air hujan yang deras gua mengutuki diri gua sendiri yang ceroboh karena lupa membawa jas hujan hari ini. Terlalu larut dalam diam sampai-sampai gua tidak menyadari kalau di halte ini gua tidak sendiri melainkan ada cewek dan mungkin gua tidak akan tahu kalau dia tidak terlebih dahulu membuka obrolan.
"Deras banget ya hujannya."
"Oh iya kak."
Entah kenapa gua juga tidak tahu, begitu gua melihatnya gua langsung menyebutnya dengan panggilan "Kak", karena menurut gua sih cewek ini lebih tua dari gua dan gua rasa dia sudah bekerja.
"Nama kamu siapa?"
"Nino."
Tiba-tiba kami pun terdiam dan hujan pun belum menampakkan tanda-tanda bahwa ia akan berhenti mengguyur bumi. Tangan gua menggigil dan tidak gua duga sebelumnya tiba-tiba cewek di sebelah gua memberikan jaketnya.
"Nih pake aja, biar gak menggigil gitu!"
"Gak usah kak, makasih." Tolak gua secara halus sembari tersenyum ke arahnya.
"Gak apa-apa."
Tidak disangka tuh cewek melingkarkan jaketnya menutupi punggung gua. Gua gugup benar-benar gugup, tidak bisa berbicara apa-apa karenanya.
"Santai aja Nino."
"Ehh i..iiya kak." Ucap gua dengan terbata-bata.
"Nama aku Resti." Ucapnya memperkenalkan diri dengan menyunggingkan sebuah senyuman.
Oh Tuhan itu adalah senyuman terindah yang pernah gua lihat. Ah sial apa yang terjadi pada gua tidak biasanya gua memuji kecantikan seorang makhluk ciptaan Tuhan bernama perempuan. Gua rasa Resti berbeda, sungguh berbeda.
Hujan pun mulai reda dan matahari pun mulai menampakkan dirinya kembali dari persembunyiannya kala hujan datang tadi. Namun gua masih saja terdiam dengan jaket Resti yang masih menutupi tubuh gua dan gua pun tidak menyadari bahwa Resti sudah tidak ada di samping gua. Gua beranjak dari kursi, berdiri celingukan kesana kemari berharap mata gua masih menangkap sosok manis yang telah memberikan jaketnya kepada gua, hanya ingin berterimakasih dan mengemballikan jaketnya. Tapi dia benar-benar sudah pergi gua rasa, sepanjang mata gua memandang ke seluruh penjuru jalan gua sama sekali tidak menangkap sosoknya. Gua berjanji besok sepulang sekolah akan mampir ke halte ini lagi, siapa tahu Resti ada disini lagi besok siang.
Malam harinya, sekitar pukul enam lebih dua puluh menit, seperti biasa ibu gua menyiapkan untuk makan malam bersama. Dari dulu sampai sekarang, keluarga gua kalau soal jam makan tidak pernah telat sama sekali, termasuk jam makan malam. Jam enam lebih dua puluh menit itu jam makan malam keluarga gua dan harus jam segitu tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih dan gua tidak pernah permasalahin itu menurut gua selama gua tetap bisa makan ya tidak ada masalahnya, it's fine. Menu makan malam kali ini adalah ayam bakar madu buatan ibu gua beserta saladnya, dalam soal makanan memang ibu gua selalu memperhatikan asupan gizinya. Jadi, setiap makanan entah itu sarapan, makan siang atau makan malam pasti ada lauk pauk, sayur dan minumannya harus susu. Tanpa harus dipanggil ibu seperti pagi tadi, gua langsung menghampiri meja makan dan memakan masakan ibu dengan lahapnya.
"Lahap banget makannya Nino." Ucap ayah melihat gua makan dengan lahapnya.
"..."
"Ayah, kalo Nino lagi makan jangan diajak bicara, nanti dia bisa tersedak." Ucap ibu.
Selesai makan, gua langsung kembali ke kamar untuk sekadar tidur-tiduran sambil mengenakan headset yang telah gua putar playlist lagu-lagu dihandphone gua. Dan seperti biasa gua ketiduran.
Keesokan harinya gua terbangun dengan wajah basah terkena air yang gua sendiri bingung darimana datangnya air tersebut, namun pertanyaan yang timbul di benak gua ketika gua terbangun dari mimpi terjawab sudah dengan hadirnya sosok wanita di hadapan gua.
"Bangun Nino! Lihat sudah jam berapa itu!" Teriak ibu dengan memegang segelas air di tangannya sambil menunjuk kearah jam dinding dikamar gua.
Jam menunjukkan pukul tujuh kurang tiga puluh menit. Gua kesiangan ya gua kesiangan. Seketika gua langsung beranjak dari tempat tidur gua yang mulai ikut basah terkena air yang disiram ke wajah gua dan gua berlalu begitu saja meninggalkan ibu gua yang masih saja mengomel. Hanya dalam hitungan menit gua sudah rapi dengan seragam sekolah plus tas yang berisi beberapa buku pelajaran yang akan diajarkan di sekolah hari ini. Pagi ini gua tidak sarapan, namun ibu gua tetap saja kekeuh untuk memasukkan dua lembar roti kedalam kotak makanan untuk bekal gua nanti di sekolah. Gua sih menurut saja kalau ibu sudah bersikeras seperti itu. Setelah pamit gua langsung berangkat menuju sekolah.
Tinggal beberapa meter lagi gua sampai di sekolah dan gua melirik jam tangan gua, sisa dua menit lagi untuk gua sampai sebelum bel masuk berbunyi dan kalau bel masuk sudah berbunyi siap-siap saja gua berdiri di depan tiang bendera lagi. Lega rasanya begitu sampai ternyata bel belum berbunyi dan benar saja tidak lama gua memarkirkan motor dan hendak berjalan ke kelas, bel masuk pun berbunyi dengan lantangnya membuyarkan para siswa dan karyawan yang sempat berkeliaran di sekitar area sekolah tadi. Sampai dikelas gua baru saja teringat bahwa hari ini ada pelajaran Fisika dan pak Jefry (Guru Fisika gua) telah memberikan tugas sejak minggu lalu dan gua lupa mengerjakannya. Alhasil, selama pelajaran Fisika berlangsung gua terus saja berdiri dengan satu kaki di pojok depan kelas dekat papan tulis sebagai bentuk hukuman karena gua tidak mengerjakan tugas yang diberikan, sesekali gua mendengarkan pak Jefry yang sedang menjelaskan di papan tulis dengan diselingi sindiran yang tentu saja beliau tujukan kepada gua. Meskipun otak gua lumayan encer dalam hal pelajaran, tapi itu tidak menjamin gua tidak mendapatkan hukuman ya karena hukuman itu gua dapat karena sikap gua yang buruk, yang lebih banyak minusnya ketimbang plusnya seperti yang sudah gua bilang di awal tadi.
Bersambung...
Untuk kelanjutan ceritanya saya akan update besok ya sob. Terimakasih karena sudah membaca dan sampai jumpa.
Wassalamualaikum...
7 Comments
halo mas, blog saya kena jigling mas, jadi saya non aktifkan dulu kolom komentrnya dan semoga aja yang jigling dapat balasan yang setimpal ya,...kudoakan hidupnya enggak pernah berkah,..biarlah mereka menjigling dan biarkan karma mendatangi mereka dan say juga enggak akan bw lagi mungkin dan terima kasih kepada mas dan teman-teman yang selama ini sudah mau berkomentar di blog saya
ReplyDeletesaya bukanlah orang yang baik tapi saya akan memberikan yang terbaik, jika mungkin ada kata-kata saya yang menyinggung perasaan dan hati, selama saya bw saya minta maaf dan saya akan tetap ngeblog
dan bagi para pelaku jigling tunggulah karmanya
Yang sabar ya bang Kuanyu, tetap semangat, ada ada aja orang jahat kaya gitu ya.
DeleteNgga perlu minta maaf bang, justru situ menginspirasi banget buat saya pribadi.
Tetep semangat!!!
Saya lihat sekilas cerpen yang panjang ini tentang percintaan di sekolah mirip2 AADC. Cuma sekarang kan Juni sudah musim kemarau, mungkin untuk episode berikutnya hehe.. Mantap cerpennya. Oh ya, saya follower baru blog ini. Thx
DeleteTurut prihatin mas Kuanyu. Ternyata cracker (hacker jahat) ada juga di dunia blogging. Pantes saya tidak bisa comment di blog mas. Semoga segera diatasi. Aamiin
DeleteTerimakasih pak Vicky sudah membaca tulisan saya ini ehehe.
DeleteOh, masnya suka bikin cerpen juga ternyata, saya juga demen bikin cerita gini lho mas.
ReplyDeleteDari cerita di atas saya paling suka pas adegan hujan di halte itu, kayaknya itu jadi hal yang paling menarik...
Ditunggu next episode mas...
ini cerpen tahun 2016 mba hehehe, kalau sekarang udah ngga pernah buat lagi, pengen sih tapi belum kepikiran tentang apa hehehe. Makasih, Inshaallah malam ini saya post.
DeleteSilahkan Berkomentar :)