Assalamualaikum...

Pernahkah sobat mendengar sebuah istilah "The Power of Emak-emak" di berbagai media sosial?. Kalau saya sih sering banget menemui istilah tersebut, baik di instagram maupun di youtube.

Istilah The Power of Emak-emak ini merujuk pada sikap ketika seorang emak-emak mengendarai sebuah sepeda motor di jalan. Sikap seperti memberikan lampu sign kanan tetapi belok kiri, melawan arah, bahkan sampai melawan polisi ketika sedang di tilang.

Namun, diantara itu semua yang menurut saya paling menjengkelkan adalah ketika emak-emak berhenti secara mendadak di jalan. Berhentinya itu biasanya karena mereka melihat sebuah barang di toko ataupun bertegur sapa dengan teman lama mereka. Kalau sudah memberikan lampu sign sih tidak apa-apa. Kenapa saya jengkel? karena saya beberapa kali mengalami hal tersebut hehehe.

Oke, saya tidak akan membahas lebih lanjut soal itu di tulisan kali ini. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang "The Power of Ibu", sebuah istilah yang secara definisi mungkin sama saja dengan yang sebelumnya, tapi istilah ini memiliki pembahasan yang berbeda sob.

Mungkin sobat masih agak asing dengan istilah ini, ya karena ini istilah yang saya buat sendiri hehehe. Istilah ini menggambarkan sebuah perjuangan seorang ibu, terutama ibu saya selama di bulan Ramadhan kali ini.

The Power of Ibu



Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Selama satu bulan ini kita harus menahan untuk tidak makan, minum, dan juga untuk dapat menahan hawa nafsu kita. Pada saat pagi hingga maghrib kita sebagai umat muslim berpuasa, sehabis isya lanjut dengan shalat tarawih, dan melaksanakan sahur pada dini harinya.

Ketika berpuasa, kita cenderung merasa lebih lemas dari biasanya, tetapi itu semua tidak berpengaruh terhadap ibu saya. Ibu saya seorang pekerja keras, ia tiada letih setiap harinya mengurus rumah, mengurus saya dan adik-adik saya. Semua itu beliau lakukan dengan ikhlas dan penuh kasih sayang.

Pada bulan Ramadhan ini tentu kesibukkan ibu saya makin meningkat. Beliau harus berpikir dua kali lebih cepat dalam hal menyiapkan menu berbuka dan juga menu makan sahur keluarga. Ibu saya orang yang sangat rajin, setelah sahur ia tidak pernah tidur lagi, berbeda dengan saya dan adik-adik saya yang selalu tidur lagi setelah sahur.

Ibu saya ini tidak tidur lagi. Beliau pasti langsung mengerjakan pekerjaan rumah, seperti mencuci pakaian, menggosok, menjemur, dan berbelanja. Bukannya saya tidak ingin membantu, saya setiap harinya tidur larut malam dan masih mengantuk ketika melaksanakan sahur, jadi saya selalu tidur lagi setelah shalat subuh. Karena jika tidak, kepala saya akan terasa sangat pusing dan alhamdulillah saya masih bisa membantu beliau sebelum saya berangkat kuliah di pagi harinya.

Menjelang sore harinya ibu saya mulai sibuk di dapur untuk menyiapkan makanan untuk berbuka puasa keluarga kami. Makanannya pun lumayan lengkap loh, buah-buahan ada, gorengan dan sirup ada, bahkan makanan beratnya juga selalu 4 sehat 5 sempurna. Semua itu ia lakukan secara ikhlas dan tanpa mengeluh sedikitpun.

Pada malam harinya beliau tidur lebih awal, biasanya setelah melaksanakan shalat tarawih ibu saya langsung beristirahat. Esok hari beliau harus bangun sebelum kami semua bangun, menyiapkan makanan untuk kami makan saat sahur. Yap, itu terjadi setiap hari.

Saya selalu melihat wajah lelahnya ketika ia sedang tidur dan saat itu hati saya terenyuh. Saya tidak bisa membayangkan betapa lelahnya ibu saya selama seharian. Bahkan itu harus ia lakukan setiap hari.

Itulah yang saya sebut dengan The Power of Ibu. Sebuah perjuangan ibu saya demi keluarga, demi saya, adik-adik saya, dan juga bapak. Ingin rasanya saya membahagiakan beliau, tidak sebatas menjadi anak yang penurut dan selalu hormat kepadanya. Saya ingin memberikan sesuatu yang berbeda dari itu, sesuatu yang bisa ia terima secara nyata.

Tetapi, ketika saya bertanya "Mamah mau di beliin apa?", ibu saya berulang-ulang kali menjawab "Ngga usah, mamah nggak minta apa-apa yang penting kamu kuliah yang pinter, terus dapet kerja, dan selalu nurut sama mamah itu mamah udah seneng banget.".

Saya selalu ingin menangis ketika beliau berkata begitu, tetapi saya tidak pernah dan tidak ingin menangis di depan beliau. Saya hanya ingin menunjukkan senyuman saja kepada ibu saya.

Ibu adalah seseorang yang sangat kuat, termasuk ibu saya. Tanpa kasih sayang seorang ibu, saya tidak akan bisa menjadi seperti sekarang ini. Saya tidak bisa tumbuh sehat dan baik seperti sekarang ini. Semua itu karena kasih sayang dan kekuatan beliau, itulah The Power of Ibu.

Saya selalu berdoa dalam sujud saya semoga kedua orang tua saya selalu diberikan kesehatan, terutama ibu saya. Semoga untuk Ramadhan berikutnya kami semua masih tetap bisa berkumpul bersama, aaammmiiinnn.

Hari ini merupakan hari ke 22 di bulan puasa. Ibu saya masih tetap kuat, ibu saya masih tetap sabar. Tidak ada hal dalam mengurus keluarga yang dapat membuatnya lelah. Rasa lelah ibu saya itu hanya sedikit, tidak sebanding dengan rasa cinta dan sayangnya beliau terhadap kami semua.

Ibu saya tahu tentang blog ini, tetapi saya tidak yakin beliau masih ingat atau tidak. Jadi, kemungkinan tulisan ini dibaca olehnya sangatlah kecil, kecuali saya yang memberitahu. Ah tidak apa-apa, karena bagi saya rasa cinta itu tidak perlu di ungkapkan secara langsung, perbuatan baik juga bisa merepresentasikan rasa cinta itu sendiri.

Entah memang begitu adanya atau itu hanya kalimat pembelaan untuk saya saja yang jarang sekali berkata "I Love You" kepada ibu saya sendiri. Entah gengsi atau malu, tapi yang pasti saya selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk beliau.

The Power of Ibu. "Sehat selalu ya mah, tulisan ini untuk mamah, makasih atas semuanya.". Tulisan ini untuk ibu saya, seseorang yang jauh lebih kuat daripada saya.

Wassalamualaikum.

5 Comments

  1. Kalau soal berkendara, emak-emak kadang mengenakan busana yang super kedodoran, tidak jarang jika bajunya nyangkut pengendara lain, Atau mungkin bajunya masuk ke rantai.
    Soal urusan di rumah tangga ,super deh. tidak ada lelah dan letihnya.

    ReplyDelete
  2. Seorang ibu yg usia nya tidak muda lagi masih semangat untuk anak muda seperti saya ini masih banyak malas"an setelah sahur cerita diatas mirip dengan ibuku sob gmana liat dia tidur (tidur pun ketiduran) bkn mau tidur

    ReplyDelete
  3. Intinya sih jangan melawan emak-emak kalau lagi di jalanan. Hehehe.
    Tulisan tentang ibunya bikin baper. Semoga kita masih bisa memberi kebahagiaan buat ibu.

    ReplyDelete
  4. Kalau emak2 di jalan ada juga yg ceroboh, (walau nggak semua) belok tiba2 jadi bisa merugikan pengendara lain. Semoga bisa berubah

    ReplyDelete

Silahkan Berkomentar :)