Assalamualaikum...

Saat ini aku sedang merasakan rindu, namun kali ini rindu itu tak kutujukan kepada manusia lainnya. Aku rindu terhadap hujan, rindu akan suara gemericiknya, rindu bau khas yang ditimbulkan saat air hujan menyentuh tanah, dan rindu akan setiap kenangan yang muncul saat hujan turun.



Hari ini aku bangun pukul lima pagi. Bangun disaat ayam jantan masih enggan membunyikan suara kokok khasnya, saat embun pagi masih bergelayut manja di dedaunan, dan saat sebagian orang mungkin saja masih bergelut dengan mimpinya. Aku sudah terbiasa bangun pagi dan kuharap akan terus seperti ini. 

Di sabtu pagi ini aku berniat untuk berolahraga, yap apalagi kalau bukan berlari. Pagi ini aku ingin berlari di sebuah lapangan bola yang terletak di kawasan Prima Harapan Regency. Rencananya aku ingin berlari dengan orang kesayanganku, tapi karena ia malas akhirnya dia memutuskan untuk hanya menemani, tanpa ikut berlari. Hanya menemani, jika ia tak keberatan untuk melakukannya bagiku itu sudahlah cukup.

Pagi itu suasananya tak tampak seperti biasanya. Jarum panjang dan pendek di jam dinding rumahku telah kompak menunjuk ke angka enam, namun suasana di luar tetap gelap seperti satu jam sebelumnya. Angin datang secara tiba-tiba menggerakkan dedaunan pohon dirumahku dengan intensitas cukup kencang, langitpun mendadak diselimuti awan hujan yang hitam, dan efek dari itu semua adalah hawa dingin yang berbeda dari biasanya mulai menyerang suasana di pagi itu.

Suasana pagi itu menimbulkan rasa ragu pada diriku, "apakah aku tetap akan berlari pagi ini?." Itulah pertanyaan yang sempat terlontar di dalam hatiku, entah aku bertanya pada siapa. Bahkan, untuk menit-menit berikutnya aku hanya memandang keluar rumah sekedar memastikan bahwa itu hanya mendung yang tidak akan diiringi dengan hujan.

Akhirnya, aku tetap berangkat untuk melaksanakan olahraga lariku. Jika memang akan turun hujan nantinya aku sudah siap menerima air hujan yang akan membasahi diriku. Aku pun berangkat untuk menjemputnya, menjemput orang yang ku sayang.

Sesampai diriku dirumahnya langit tidak dapat berkompromi lagi. Awan hitam semakin pekat, pertanda akan ada sesuatu yang turun dari atas sana. Ia pun ragu untuk menemaniku, sejurus dengan itu aku pun juga ragu dan akhirnya memutuskan untuk pulang kembali dan tidak jadi berlari. Dalam perjalanan pulang akhirnya langit pun menangis walau hanya gerimis. Gerimis yang disertai angin membuat air yang jatuh terasa perih jika terkena kulit langsung. Sedikitpun tidak terpikirkan olehku untuk berhenti berteduh, kunikmati hujan ini dengan perasaan rindu yang sedikit terbayar.

Cuaca sangat berbeda saat aku telah sampai dirumah, langit terang benderang, jalanan pun kering dan tidak ada tanda-tanda habis terkena air hujan. Ada perasaan menyesal di hati, seharusnya tadi aku tetap ke lapangan saja dan tetap berlari disana. Tetapi tidak apalah, setidaknya kali ini aku merasakan hujan kembali walaupun hanya sesaat.

Sudah lama aku tak melihat hujan, entah karena awan selalu bahagia belakangan ini atau mungkin ia menangis di tempat lain? aku tak pernah tau jawabannya. Hari ini aku bertemu dengannya, bertemu dengan hujan, walau hanya sesaat. Ya, hari ini hujan datang dan hanya sesaat.

Wassalamualaikum...

0 Comments