Assalamualaikum...

Aku begitu mengenalnya, hingga di usia yang ke 19 tahun ini aku tidak pernah melupakannya, jasanya dan segala yang telah ia lakukan selama ini. Ia adalah sosok yang dapat di jadikan teladan di keluarga kami, yang tak pernah mengeluh, yang tak pernah ingin merepotkan orang lain, yang tak pernah tinggal diam, yang memiliki rasa sabar yang tinggi.



Djatmiko Kartosuhadi, itulah namanya, nama dari kakekku. Sekilas mungkin ia terlihat sebagai kakek-kakek yang biasa saja, namun dibalik tampilan luar yang biasa-biasa saja itu ia memiliki kepribadian yang sangat sempurna menurutku. Selama aku mengenalnya, tak pernah sedikitpun aku melihat ia marah. Kakekku tidak pernah marah kepada siapapun, jika ia kesal mungkin hanya akan melotot dan berlalu saja. Bagiku, ialah orang paling sabar yang pernah kutemui, sungguh sifat yang jarang sekali dimiliki oleh manusia manapun.

Ia juga memiliki sifat penyayang, nenekku juga memilikinya, aku pun berfikir bahwa sifat mereka berdua telah sukses diturunkan kepada ibuku tercinta. Kakekku selalu ingin membahagiakan setiap orang di keluarga kami, termasuk aku. Aku masih ingat betul setiap ada kegiatan jalan-jalan dari kantor, kakekku selalu mengajak aku dan itu selalu ke pantai. Bagi kalian mungkin itu hal yang biasa, tapi bagiku itu luar biasa, aku bahkan masih mengingat beberapa kepingan kejadian di masa lalu itu dan kini aku merindukan masa-masa itu.

Bermain pasir dan mencari cangkang keong dan kerang adalah hal yang biasa aku lakukan ketika di pantai. Aku pergi ke pantai dalam rangka jalan-jalan kantor kakekku, seperti yang sudah ku bilang aku selalu di ajak. Mungkin saja jika adikku sudah lahir pada saat itu ia pun akan di ajak. Aku masih bisa mengingatnya sampai detik ini, debur ombak, suara musik yang mengalun dari sound system panggung di acara tersebut, dan juga suara burung camar yang sesekali hinggap di bibir pantai.

Kakekku adalah seorang pekerja keras, ia selalu disiplin dalam hal urusan kantor dan pekerjaannya. Hanya usia yang bisa membuatnya berhenti bekerja. Setelah pensiun, beliau tidak hanya tinggal diam saja dirumah, pekerjaan rumah pun ia kerjakan untuk mengisi waktu-waktu luangnya ketika di rumah. Menyapu, mengepel, mencuci piring, dan segala macam pekerjaan rumah lainnya ia selalu kerjakan, selalu tidak mau jika di suruh beristirahat karena memang usia segitu harus lebih banyak beristirahat. Bahkan saat berkunjung kerumahku, beliau pernah kepergok ibuku sedang mencuci piring, katanya sih nggak suka ada piring kotor numpuk.

Kini ia hanya bisa melewati hari dengan tiduran di kasur saja. Penyakit lah yang telah membuatnya begitu, rasa sakit yang ia derita sukses membuatnya tertatih dalam berjalan, nafasnya pun sangat menderu padahal hanya berjalan kurang dari lima meter. Segala bentuk keaktifannya di masa lalu sirna, kini ia hanya bisa tiduran dan bangun dengan terbatuk-batuk, seringkali di saat itu ia berucap "aduh", tak jarang juga ia menyebut nama tuhannya. Penyakitnya muncul bukan tanpa sebab, semua berawal di siang itu.

Siang itu aku dan keluargaku di Bekasi sedang melakukan aktivitas seperti biasanya. Setelah kabar itu datang, kami semua pun diam mematung dan perasaan sedih mulai menyelimuti seisi rumah kami. Aku mendapat kabar bahwa kakekku terkena serangan jantung, sontak kami semua pun langsung menuju rumah sakit tempat kakekku dilarikan pada hari itu.

Ia sedang terbaring lemah di ranjang besi rumah sakit, dengan berbagai macam belalai peralatan rumah sakit yang nampak mengerikan pada saat itu menempel di beberapa bagian tubuhnya. Nenekku matanya sembab, pasti sebelum aku kesini tak hentinya ia menangis. Akupun demikian, rasanya bendungan di mataku tak sanggup lagi menahan air yang ingin segera tumpah, untungnya aku bisa menahannya.

Seiring berjalannya waktu, kondisinya mulai membaik dan ia di bolehkan untuk pulang. Kupikir semua akan kembali seperti sediakala, tetapi ternyata tidak. Stroke telah membuat kakekku seperti lupa akan cara berjalan, kalau tidak di papah atau memegang dinding, sulit baginya untuk melangkahkan kaki. Demi ia pulih seperti sediakala, segala jenis pengobatan telah di coba, sempat ia bisa berjalan kembali tetapi di kemudian hari susah untuk kembali berjalan. Dan saat ini kakekku hanya tergolek lemas di kasur kesayangannya. Penyakit telah mempecundanginya, penyakit telah menghapus senyum di wajahnya, walau tidak semua. Ia masih tetap bisa menyisihkan sedikit senyumnya untuk keluarganya dan itu sangat berarti, sebuah isyarat yang mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

Aku ingin melihatnya sembuh, aku ingin melihatnya seperti dulu lagi, ribuan doa tak hentinya kupanjatkan dalam solatku. Aku belajar banyak darinya, dari ia yang kini tua dan renta, dari seorang pahlawan di keluarga kami, ialah kakekku.

Wassalamualaikum...

2 Comments

  1. Semoga Allah mengangkat segala penyakit mbah....dan bisa pulih kembali seperti sedia kala

    ReplyDelete

Silahkan Berkomentar :)